Kepastian keselamatan
Iman yang sejati pasti terwujud melalui ketekunan kasih dan
kepastian pengharapan. Walaupun surat Ibrani berisikan teguran
keras bagi para pembacanya karena kedangkalan iman mereka,
penulis surat ini tetap yakin bahwa mereka adalah anak-anak
Tuhan sejati (ayat 9). Dasarnya bukan perbuatan-perbuatan baik
yang mereka perbuat melainkan karena keadilan Allah (ayat 10).
Penerima surat Ibrani sudah mengalami pengampunan dosa karena
Kristus dan tinggal di dalam Dia maka menurut keadilan Allah
mereka adalah anak-anak Allah. Dengan demikian, pekerjaan kasih
yang mereka telah lakukan dan terus mereka lanjutkan bagi umat
Tuhan adalah bukti mereka sudah diselamatkan.
Kini, penulis surat Ibrani mendorong pembaca suratnya untuk
mewujudkan kehidupan Kristen secara nyata dengan lebih sungguh.
Mereka harus bertahan terhadap penganiayaan yang sedang menimpa
mereka, dengan cara memandang akan pengharapan dari janji-janji
ilahi yang kelak akan digenapi-Nya (ayat 11-12). Selain itu,
mereka harus ingat bahwa para pendahulu mereka sudah memperoleh
penggenapan janji tersebut. Sebenarnya, janji Allah itu sudah
diberikan-Nya sejak Ia memanggil Abraham, leluhur Israel (ayat
13-15). Sama seperti Abraham percaya dan menaruh harapannya
kepada Allah, demikianlah pembaca surat Ibrani harus
memercayakan diri kepada-Nya. Kepastian akan penggenapan janji
itu menjadi makin teguh sebab Allah sendiri yang menjadi
penjaminnya dan Yesus jaminannya (ayat 17-20).
Keselamatan sudah dijamin oleh Allah di dalam Kristus Yesus bagi
kita. Keselamatan yang Ia berikan itu menyebabkan orang Kristen
menjadi pewaris janji Allah. Perbuatan yang harus kita lakukan
adalah mempraktikkan perbuatan kasih dalam hidup sehari-hari
kepada sesama, bahkan meluas kepada orang-orang yang memusuhi
Injil sebagai wujud ungkapan syukur kita akan anugerah-Nya itu.
Renungkan:
Buktikan iman Anda dengan perbuatan kasih dan kepercayaan penuh
kepada-Nya.