Setia seperti Kristus
Dengan kekuatan diri sendiri, tidak seorang pun sanggup setia
kepada Allah. Tantangan dan godaan yang berat dapat menyebabkan
seseorang tidak setia. Itu juga yang dialami oleh umat Israel.
Oleh karena itu, Allah menyediakan perangkat keimaman dan
seorang imam besar untuk menolong umat-Nya bertahan setia baik
dalam perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian maupun ketika
mereka sudah tiba di sana. Imam besar berfungsi mewakili umat
manusia yang lemah dan berdosa untuk mendapatkan pendamaian dari
Allah (ayat 5:1-2). Seorang imam besar harus mendamaikan dirinya
terlebih dahulu dengan Allah sebelum ia menjadi pengantara bagi
umat Allah (ayat 2-3). Meski memiliki kelemahan, oleh
pemeliharaan Allah imam besar itu telah berperan memberikan
andil yang besar bagi umat Israel sehingga mereka tetap setia
kepada-Nya.
Penulis surat Ibrani kini memperkenalkan Kristus sebagai Imam Besar
Agung yang melebihi para imam besar yang pernah memimpin
kehidupan rohani umat Israel. Jauh melampaui Harun dan
keturunannya yang ditetapkan Allah untuk menjadi imam besar,
Kristus telah dipilih Allah untuk menjadi pengantara umat
manusia dengan Allah. Dalam segala hal, Ia mampu menyelami dan
mengerti penuh pergumulan umat Israel dan kelemahan mereka (ayat
4:15), bahkan Ia ikut menangis dan berdoa syafaat kepada Allah
bersama dengan umat Israel dalam penderitaan mereka (ayat 5:7).
Keunggulan Kristus adalah Ia tidak berdosa dalam ketaatan-Nya
menjalankan kehendak Allah (ayat 4:15b; 5:8) sehingga
permohonan-Nya didengar dan dikabulkan Allah (ayat 7-10).
Pendamaian telah berhasil dilakukan Kristus bagi kita di hadapan
Allah. Sekarang, Ia mendampingi kita dalam menghadapi segala
persoalan hidup ini. Hal ini merupakan jaminan keselamatan kita,
penghiburan, serta kekuatan bagi kita untuk setia sampai akhir
kepada-Nya.
Renungkan:
Ketika Kristus bersama denganku, tidak ada hambatan yang dapat
mengugurkan imanku.