Syarat masuk perhentian kekal
Sejarah Israel memberitahukan ada banyak orang yang tidak boleh
masuk Tanah Perjanjian. Mereka gagal karena tidak percaya kepada
Allah yang telah terbukti mencurahkan kasih karunia-Nya.
Kekerasan hati mereka yang terus-menerus menolak Tuhan
menyebabkan mereka binasa di padang gurun.
Penulis Ibrani mengingatkan para pembacanya yang sedang dicobai
imannya untuk meninggalkan Tuhan, agar mereka tetap bertahan
supaya jangan akhirnya ditolak oleh Tuhan. Tanah Perjanjian
bukanlah perhentian terakhir bagi umat Tuhan (ayat 8). Penulis
Ibrani memakainya sebagai lambang bagi perhentian kekal bagi
semua umat manusia. Menurut penulis Ibrani, yang paling penting
adalah berhasil masuk dalam perhentian kekal yang disediakan
Allah bagi umat-Nya setelah menjalani hidup dalam dunia ini
(ayat 9-11). Menurutnya, hari ketujuh sesudah rangkaian hari
Allah menciptakan dunia menekankan hal tersebut (ayat 4). Dunia
yang diciptakan selama enam hari melambangkan kehidupan di dalam
dunia yang sementara ini. Oleh karenanya, hidup di dunia milik
Allah ini harus dilakukan dengan iman dan ketaatan kepada-Nya.
Ketidaktaatan akan rencana Tuhan akan membawa umat-Nya kepada
kebinasaan yang lebih mengerikan dibandingkan kegagalan masuk
Tanah Perjanjian.
Firman Allah tidak saja berisi undangan yang lembut, tetapi juga
bisa menjadi senjata yang mematikan (ayat 12-13). Karena itu,
penulis Ibrani mendesak pembacanya untuk berespons benar
terhadap undangan Injil dari Roh Allah (ayat 7). Ini berarti
setiap orang, termasuk mereka yang mengaku diri Kristen perlu
memeriksa adanya kesejatian respons terhadap Injil. Kita perlu
menyadari bahwa menunda-nunda keputusan untuk mengikut Yesus,
atau mengurangi ketaatan kepada Yesus bisa berarti menutup
kesempatan untuk beroleh hidup dari Dia.
Camkan:
Orang yang menegarkan hatinya untuk menolak Kristus membuktikan
dirinya memang bukan orang pilihan!