Mazmur 106:13-33

Kasih setia Allah dalam sejarah
Apa manfaat sejarah sebuah bangsa ditulis? Tentu saja bukan
sekadar pengetahuan masa lampau sebuah bangsa. Sejarah ditulis
agar generasi kemudian bangsa itu mengenali pengalaman nenek
moyangnya, baik keberhasilan mau-pun kegagalan mereka. Melalui
pengalaman nenek moyangnya, generasi berikutnya belajar agar
mereka tidak mengulang kesalahan nenek moyang mereka.


Ada tiga fakta yang muncul dari sejarah bangsa Israel yang ditulis
pemazmur. Pertama, Israel terus-menerus berdosa kepada Allah,
yaitu tidak percaya rencana Tuhan yang memimpin mereka menuju
Tanah Perjanjian (ayat 13-15,24-25); penyembahan berhala (ayat
19-22,28); menolak kepemimpinan Musa dan Harun (ayat 16). Kedua,
Allah menghukum setiap dosa dengan ganjaran yang setimpal (ayat
15,17-18,23,26-27,29). Fakta berulangnya hukuman Tuhan ini
bermakna paradoks. Meski seharusnya hukuman perbuatan dosa
adalah maut, namun Ia menghukum supaya umat-Nya bertobat.
Hukuman Tuhan bersifat mendidik bukan menghajar. Ketiga, Israel
memiliki pemimpin yang setia kepada-Nya dan mengasihi bangsanya
(ayat 23,30-31). Pemimpin yang memiliki hati penuh kasih seperti
ini yang akan menjadi alat untuk menyalurkan pengampunan dan
pemulihan Tuhan bagi umat-Nya.


Kegagalan dan keberhasilan pengalaman nenek moyang Israel
mengingatkan kita bahwa gereja dan orang Kristen bisa gagal
dalam perjalanan iman. Akan tetapi, gereja dan orang Kristen
harus belajar dari kegagalan itu untuk berhasil dalam langkah
selanjutnya. Tuhan tidak pernah membatal-kan kasih setia-Nya
bagi umat-Nya meskipun umat-Nya tidak layak menerima
pengampunan-Nya dan pemulihan-Nya. Hanya anugerah-Nya yang
membuat kita tetap menjadi umat yang dikasihi-Nya.


Doaku:
Aku akan meletakkan kayu salib-Mu di hadapanku, ya Tuhan, agar
setiap godaan yang muncul untuk menyangkal-Mu atau menyakiti
hati-Mu dapat aku tolak dengan tegas. Buatlah aku setia
melayani-Mu.

Scripture Union Indonesia © 2017.