Belajar mengingat kemurahan Allah
Dalam mazmur terakhir dari kumpulan mazmur-mazmur yang berisi
pergumulan umat pada masa pembuangan/pasca pembuangan ini,
pemazmur mengajak umat Tuhan untuk mensyukuri kasih setia Allah,
mengakui berbagai kegagalan mereka, dan menyatakan keinsyafan
mereka akan kedegilan para pendahulu mereka.
Meski Allah tetap setia dan tidak pernah meninggalkan umat-Nya (ayat
1), kalau mereka melupakan kebaikan Allah akan fatal akibatnya.
Manusia memang memiliki kecenderungan mudah melupakan Tuhan
(ayat 2) dan akibatnya lalai mensyukuri Allah dalam kehidupan
nyata (ayat 2b). Akibat dari lupa bersyukur adalah
tindakan-tindakan yang oleh pemazmur diungkapkan dalam tiga
istilah, "berbuat dosa," "berbuat salah," dan "berbuat fasik"
(ayat 6). Itulah sebenarnya akar penyebab dari semua tindakan
degil nenek moyang mereka meskipun mereka telah menerima
berulang kali campur tangan kasih Allah (ayat 7-12).
Kini, generasi Israel yang berada di pembuangan belajar melihat
kasih karunia Allah yang mengampuni dan menyelamatkan mereka,
walaupun mereka tidak layak menerimanya. Itu sebabnya, mereka
belajar bersyukur karena hukuman dahsyat Tuhan bukanlah akhir
dari segala-galanya. Meski mereka berada di tanah pembuangan,
tetapi mereka belajar bersyukur kepada-Nya karena mereka
mengetahui Allah mengasihi mereka.
Orang Kristen perlu memiliki kepekaan yang tajam, terhadap
perbuatan-perbuatan nyata Allah dalam sejarah, sejarah gereja,
dan riwayat hidupnya sendiri. Tolaklah kecenderungan menerima
begitu saja kebaikan-kebaikan Allah. Orang Kristen patut
mengingat secara mendalam sambil mesnyukuri semua
kebaikan-kesetiaan Allah agar terluput dari kebebalan.
Renungkan:
Sadar akan kecenderungan gagal justru harus mendorong kita untuk
memupuk kebiasaan mengingat-ingat kebaikan Tuhan atas hidup
kita.