Kata dan kuasa.

Lukas 4:31-44
Minggu ke-1 sesudah Natal

Kata dan kuasa tidak dapat dipisahkan. Di dalam kemampuan
menguasai kata terletak rahasia kuasa suatu bangsa atau
pengaruh seseorang. Tidak heran apabila di dalam bangsa-bangsa
purba seperti pada bangsa Yunani, Mesir, Tiongkok, Persia, dll.,
para bangsawan dan para negarawan dipersiapkan di dalam
pendidikan yang mengajarkan kemampuan berkata dan berbahasa
dengan baik, entah dalam retorika lisan maupun dalam keahlian
menulis. Hal yang sama kita jumpai juga dalam zaman lahirnya
peradapan modern, yaitu dalam zaman pencerahan. Dalam zaman
itu, tingkat rasionalitas dikaitkan erat dengan tingkat
pengenalan kesusasteraan. Di dalam diri perorangan pun kita
jumpai hal yang sama. Dari diri orang-orang besar terpancar
kata-kata penting yang mempengaruhi orang lain. Atau lebih
jelasnya, di dalam kata-kata orang terbaca kecil besarnya daya
pikir, penglihatan hidup, dan pengaruh diri seseorang.


Demikian juga halnya dengan Tuhan Yesus. Daya diri Yesus yang
dahsyat itu tampak antara lain di dalam kuat kuasa
kata-kata-Nya. Kehebatan kata-kata Yesus melampui kehebatan
orang-orang besar yang pernah dikenal dalam sejarah umat
manusia. Kata-kata Yesus dari Nazaret bukan sekadar cerdas,
berwawasan luas, dan berpengaruh besar diukur dalam skala
manusia, namun juga adalah Yesus dari Sorga. Pengajaran-Nya
menembus hati pendengar-Nya (ayat 32), hardikan-Nya
menghancurkan cengkeraman roh jahat (ayat 36), perintah-Nya
memulihkan para penderita sakit (ayat 39). Kata-kata Yesus
adalah kata-kata yang penuh kuasa dan wibawa, karena Ia sendiri
adalah Firman Allah yang Maha Kuasa.


Dalam zaman modern makin banyak kata, konsep, falsafah, ajakan,
dan godaan yang diperdengarkan orang melalui iklan-iklan di
radio, TV, buku-buku pop dan ilmiah, di dalam obrolan di warung
kopi dan di ruang kuliah. Ada banyak hal dari kata, konsep,
falsafah itu yang benar dan baik karena sesuai dengan kebenaran
yang Allah nyatakan di dalam ciptaan-Nya. Namun ada banyak pula
kata, ajakan, godaan, yang dapat meracuni iman, menggerogoti
kepribadian, merasuki jiwa dengan hal-hal yang tidak bernilai
bahkan jahat di mata Allah.


Renungkan:
Izinkanlah firman-Nya menjadi filter dan pedang. Firman-Nya
menyaring dan menguji semua kata yang kita jumpai dan
melindungi kita dari kejahatan. Firman-Nya juga membangun
kehidupan iman kita kokoh tegar bahkan kita mampu berperan
mempengaruhi dunia.

Scripture Union Indonesia © 2017.