Jangan anggap enteng.

Lukas 4:22-30
Minggu ke-1 sesudah Natal

Sikap menganggap enteng memang bukan sikap yang bijaksana.
Betapa banyak orang yang akhirnya mengalami cacat fisik atau
mati, karena menganggap enteng luka kecil di kaki atau tangan.


Sikap ini mewarnai sikap orang-orang Nazaret dalam meresponi
berita yang dibawa Yesus. Mereka kagum atas pengajaran Yesus,
namun meragukannya, sehingga berakibat menjadi benci dan
timbul nafsu untuk melenyapkan Yesus ketika membeberkan
kebenaran dari peristiwa janda Sarfat dan Naaman. Makna
kepergian Yesus adalah bahwa penghakiman sudah dijatuhkan ke
atas mereka karena penolakannya terhadap Yesus. Sejak itu Yesus
tidak pernah ke Nazaret lagi.


Mereka menolak untuk disamakan dengan janda Sarfat yang adalah
orang kafir, miskin, dan tak berpengharapan. Apalagi disamakan
dengan Naaman yang kafir dan berpenyakit kusta --- dikutuk
Allah. Orang Nazaret adalah bangsa pilihan Allah, hidup
beribadah, berpenghidupan layak, dan tidak sedang di bawah
kutukan Allah. Karena itulah mereka tidak membutuhkan Yesus dan
Injil-Nya.


Mereka merasa bahwa dosa mereka tidak begitu serius/
menjijikkan, sehingga perlu pertolongan dari Allah. Mereka
memandang remeh dosa, sehingga meremehkan Yesus dan misi-Nya.
Hal ini berakibat fatal bagi mereka. Kecenderungan menganggap
remeh dosa terjadi di mana-mana juga saat ini. Salah satu
bentuknya adalah memperhalus penyebutan perbuatan dosa yang
menjijikkan supaya enak didengar. Misalnya, homoseksual/
lesbian disebut penyimpangan hormon, heteroseksual disebut
penyimpangan seksual, kesalahan bertindak hingga menewaskan
orang lain atau manipulasi uang negara disebut salah prosedur.


Renungkan:
Betapa berbahayanya sikap demikian, karena masyarakat makin
lama akan mempunyai konsep meremehkan dosa dan tidak lagi
menghiraukan akibatnya. Kalau sudah demikian mereka tidak
membutuhkan Yesus. Ke mana mereka akan pergi nantinya?

Scripture Union Indonesia © 2017.