Menjadi Orang Paling Kaya

Lukas 12:22-34
Minggu ke-15 sesudah Pentakosta
Kita mungkin berpendapat bahwa orang kaya adalah mereka yang memiliki banyak harta sehingga mereka tidak lagi merasa kekurangan. Namun, ada juga orang yang tampak berlimpah harta, tetapi selalu mengeluh karena tetap merasa kekurangan. Kalau situasinya begitu, sebenarnya, orang tersebut masih tergolong miskin, bukan? Artinya, derajat kekayaan seseorang sebenarnya tidak diukur dari seberapa banyak harta yang dimilikinya, tetapi dari sejauh mana ia merasa cukup. Kecukupan inilah yang nantinya akan terkait dengan tingkat kemampuannya dalam memberi kepada orang lain. Semakin seseorang bisa memberi, maka semakin kayalah dia. Sebaliknya, seseorang yang tidak pernah merasa cukup akan terus khawatir dan selalu merasa miskin.

Dalam nas bacaan kita hari ini, Yesus mengajar para murid-Nya agar cara hidup mereka berbeda dari gaya hidup dunia. Kalau mereka masih berorientasi kepada kekayaan di dunia, itu artinya mereka masih sama dengan bangsa-bangsa lain. Kehidupan murid-murid tentu lebih berharga daripada burung-burung pipit. Karena mereka adalah kepunyaan Allah, apalagi kita yang dicipta segambar dengan-Nya. Kalau kita memiliki Sang Pemilik segala sesuatu, lalu mengapa kita khawatir akan kehidupan ini?

Sebagai manusia kita memang memiliki sifat untuk khawatir. Akan tetapi, kekhawatiran adalah ekspresi dari ketidakpercayaan. Sebagai anak-anak Tuhan, jangan sampai kekhawatiran tersebut menunjukkan seolah-olah kita tidak memiliki Allah. Karena itulah, kita tidak perlu ambisius mengejar kesenangan dunia sebab orientasi kita adalah mencari Kerajaan Surga dan kebenaran-Nya.

Marilah kita menjadi orang kaya bukan karena ukuran harta, tetapi karena amal dalam memberi. Ini adalah pertanda bahwa kita tidak memiliki kekhawatiran lagi terhadap kehidupan ini. Mari kita berserah kepada Tuhan, Sang Perawat kehidupan.

Doa: Tuhan, kami bersyukur untuk segala kecukupan hari ini. Tolonglah kami agar tidak khawatir dan mau berbagi kepada sesama. [RG]
Rigop Darmiko
Scripture Union Indonesia © 2017.