Takut dan Kasih akan Allah

Lukas 12:1-12
Minggu ke-15 sesudah Pentakosta
Ketika bermain, anak-anak sering kali saling membanggakan bapaknya sebagai yang lebih hebat dari yang lain. Kebanggaan ini adalah cerminan pengakuan akan kehebatan sekaligus menunjukkan kedekatan mereka kepada bapaknya.

Yesus mengkhususkan pengajaran-Nya kepada para murid-Nya (1). Ia mengingatkan murid-murid agar waspada terhadap pengajaran orang Yahudi karena mereka munafik. Yesus memperingatkan para murid-Nya supaya mereka takut akan Tuhan. Sebab, Ia yang berkuasa atas kehidupan di dunia dan kehidupan setelah kematian (5). Tuhan berdaulat atas segala sesuatu yang terjadi. Manusia bisa melakukan banyak hal, tetapi tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar jangkauan-Nya. Bahkan, Allah tahu jumlah rambut di kepala manusia. Jadi, kehidupan murid-murid seharusnya jangan digerakkan oleh rasa takut kepada manusia dan aturan-aturan agama, tetapi digerakkan hanya oleh rasa takut akan Tuhan.

Apa artinya takut akan Allah? Yesus berkata kepada para murid-Nya bahwa mereka sangatlah berharga, bahkan lebih berharga dari banyak burung pipit (7). Inilah alasan mengapa kemudian Yesus berkata kepada mereka agar jangan takut kepada para majelis, pemerintah, dan penguasa (11). Hanya Allah yang layak ditakuti.

Seorang anak mengetahui bahwa bapaknya jauh lebih berkuasa dan merupakan pemilik hidupnya. Karena itu, seorang anak akan merasa takut kepada bapaknya, tetapi sekaligus mengasihinya. Maka, seorang anak akan dengan bangga mengakui bapaknya kepada teman-temannya.

Sebagai orang percaya, pengenalan kita akan Allah yang berdaulat akan memunculkan rasa hormat kepada Pencipta. Kita mengasihi-Nya karena perbuatan-Nya yang berharga. Rasa takut dan kasih ini senantiasa membuat kita menyaksikan perbuatan-Nya, baik dalam kehidupan pribadi maupun orang-orang di sekitar kita.

Doa: Ya Allah, kami bersyukur karena kami berharga di mata-Mu. Kami mau menyaksikan perbuatan-Mu di dalam hidup kami. [RG]
Rigop Darmiko
Scripture Union Indonesia © 2017.