Jangan Mudah Terkejut

Keluaran 16:1-36
Minggu ke-27 sesudah Pentakosta
Dalam filosofi Jawa, istilah ”aja kagetan” (jangan mudah terkejut) adalah suatu ajaran yang mendidik kita untuk tidak latah, tidak berandai-andai, tidak gampang menuduh orang lain, tidak gampang mengutuk, dan tidak takabur.
Satu bulan lima belas hari, setelah keluar dari Mesir, bangsa Israel mulai bersungut-sungut kepada Musa dan Harun (2). Mereka merasa lebih baik tetap berada dalam penindasan di Mesir karena kebutuhan makanan tercukupi. Sedangkan di bawah kepemimpinan Musa dan Harun, mereka dibawa ke padang gurun yang gersang seolah untuk membunuh mereka (3).
Sebagai pemimpin, Musa mendidik bangsa Israel agar mengerti bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Jika mereka bersungut-sungut, maka mereka bersungut-sungut kepada Tuhan. Tuhan mendengar sungut-sunggut mereka dan Ia akan mencukupi kebutuhan makanan bagi umat-Nya dan mendidik mereka hidup menurut hukum-Nya (4-18). Meski didikan-Nya terkadang diabaikan, namun Musa tetap mendidik bangsa Israel untuk taat pada ketetapan dan hukum Tuhan (15-30). Supaya bangsa Israel tidak takabur dan selalu mengingat kebaikan dan pemeliharaan Tuhan. Karena itu, disimpanlah manna, yang menjadi makanan bangsa Israel empat puluh tahun lamanya di padang gurun, menjadi pengingat turun-temurun (32-35).
Itulah bangsa Israel. Mereka mudah terkejut atas apa yang dihadapi sebagai konsekuensi bangsa merdeka. Namun, Allah menuntun mereka menyadari bahwa anugerah keselamatan dengan cara mencukupkan kebutuhan jasmani mereka. Begitu pun dengan kita yang telah menerima anugerah keselamatan dalam Kristus.
Jangan mudah terkejut dengan tantangan zaman yang kita hadapi sebagai pengikut Kristus, lalu merasa lebih baik bila tidak menjadi pengikut Kristus. Terimalah dengan syukur keselamatan Allah sebagai anugerah terbaik, apalagi Ia menambahkan berkat kecukupan kebutuhan hidup.
Doa: Tuhan, kami mensyukuri keselamatan yang Kau anugerahkan. [CR]
Christiono Riyadi
Scripture Union Indonesia © 2017.