Mendambakan Kasih Setia Tuhan

Mazmur 89:39-53
Minggu Adven ke-3
Salah satu ciri khas pemazmur adalah ungkapan perasaannya secara terbuka dan jujur. Keterbukaan itu terkadang ditafsir sebagai sikap yang kurang ajar atau kurang santun dan hormat kepada Tuhan. Terkadang bentuknya seperti gugatan dengan kalimat yang sarkastis. Salah satunya adalah Mazmur 89 yang menjadi renungan pada hari ini. Perasaan pemazmur mewakili kondisi umat Allah yang terbuang diungkapkan dengan kalimat yang tajam dan menggugat. Ayat 39-46 menjadi bentuk pengakuan akan kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan atas hidup umat-Nya. "Tetapi Engkau sendiri menolak dan membuang, menjadi gemas kepada orang yang Kauurapi, (Engkau) membatalkan perjanjian dengan hamba-Mu..." (39-40a) dan "Engkau menghentikan kegemilangannya, dan tahtanya Kaucampakkan ke bumi. Kau pendekkan masa mudanya, Kauselubungi dia dengan malu" (45-46). Pengakuan ini menjadi ungkapan kepahitan bahwa dirinya tidak berdaya. Kebanggaan bangsa Yahudi sebagai umat Allah beserta kota, Bait Suci, dan Taurat hancur dan lenyap. Harga diri mereka sirna dengan hancurnya Yerusalem dan Yehuda. Peristiwa pembuangan menjadi tanda hilangnya martabat umat Tuhan. Mereka mengaku sudah tidak berdaya. Satu-satunya yang dapat membangkitkan kembali daya hidup mereka adalah Tuhan. Bagian akhir Mazmur 89 merupakan?appeal?umat kepada Tuhannya. Mereka sadar jika semuanya adalah akibat dosa mereka. Tetapi, "berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau bersembunyi terus menerus, berkobar-kobar murka-Mu laksana api?...betapa sia-sia Kauciptakan semua anak manusia!" "Di manakah kasih setia-Mu yang mula-mula, ya TUHAN, yang telah Kaujanjian dengan sumpah kepada Daud demi kesetiaan-Mu?" (47,48,50). Karena relasi yang intim dengan Tuhan, umat berani mengungkapkan perasaannya dengan jujur. Tuhan tidak pernah menolak mendengar segala keluh kesah dan kepahitan umat-Nya yang diungkapkan secara jujur kepada-Nya.?
Samuel Santoso
Scripture Union Indonesia © 2017.