Allah Rajaku (1)

Mazmur 74:1-17
Minggu ke-10 sesudah Pentakosta

Ini adalah nyanyian ratapan umat Allah karena hancurnya Bait Allah oleh musuh (3-8) yang kemungkinan rusak pada zaman raja Antiokhus Epifanes atau ketika Bait Allah dihancurkan bangsa Babel (2Raj. 25:9; Yes. 64:10).


Akibat serangan musuh, Bait Allah menjadi hancur (3, 5, 6, 8) dan tempat kudus Allah dikuasai (4) serta dinajiskan (7). Kepedihan Asaf, sang penulis mazmur ini, semakin bertambah ketika ia sadar bahwa tidak ada lagi tanda-tanda Tuhan berfirman melalui perantaraan para nabi (9). Allah seakan-akan diam dan tidak berbuat apa-apa di tengah situasi yang menghancurkan bait-Nya (10-11). "Mengapa Allah diam saja menyaksikan umat-Nya ditindas dan Bait-Nya dihancurkan? Bukankah mudah bagi Tuhan untuk menyelamatkan mereka dan menghukum para musuh yang telah menghina tempat kudus Tuhan?" Menurut Asaf, inilah tanda murka Allah terhadap umat-Nya (1).


Menariknya, meski Allah tampak diam bagi umat-Nya, tetapi Asaf ingat bahwa Allah bukanlah Allah yang tidak mampu bertindak. Asaf ingat kemahakuasaan Allah yang telah terbukti di masa lampau (12-15). Asaf juga ingat kedaulatan Allah atas alam semesta (16-17). Ya, Asaf mengingat siapa Allah yang ia sembah, Allah Pencipta alam semesta, Allah yang adalah "Rajaku, " kata Asaf (12). Ini berarti Asaf mengenal Allah dengan sangat personal.


Dalam pergumulan melihat Bait Suci yang rusak, Asaf mungkin bingung ketika Allah tampaknya diam saja. Namun Asaf tidak kehilangan iman karena ia ingat Allah seperti apa yang ia sembah selama ini, yaitu Allah yang adalah "Rajaku". Oleh karena itu, bersama dengan umat, Asaf meminta Allah pun mengingat dan mempedulikan umat-Nya (2).


Belakangan ini, gereja Tuhan di berbagai tempat mengalami hambatan, penolakan, bahkan penganiayaan. Tidak sedikit tempat ibadah umat Allah didemo atau ditutup oleh massa. Dalam situasi apa pun, marilah kita tetap teguh beriman kepada Allah. Allah mampu dan akan bertindak menolong umat-Nya sesuai waktu dan kehendak-Nya. [MFS]

Scripture Union Indonesia © 2017.