Penglihatan tentang Allah

Yehezkiel 1:1-28
Minggu ke-9 sesudah Pentakosta

Ketika menerima panggilan dari TUHAN, Yehezkiel sedang berada di tepi sungai Kebar di negeri orang Kasdim (1-3). Ia bersama raja, para pembesar, dan para pemimpin agama harus meninggalkan Bait Allahnya, bahkan terusir dari negerinya. Mereka berada dalam situasi tanpa pengharapan akan siapa pun, bahkan terhadap Allah.


Di tengah situasi itu, Yehezkiel dipanggil TUHAN untuk melakukan tugas pelayanannya. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 5 bulan yang ke-4 tahun ke-30 (1; bdk. Bil. 4:3-4, 30, 35, 39, 43, 47). Ini merupakan tahun ke-5 pembuangan Yoyakhin, yaitu 592 sM (2). Panggilan Allah terhadapnya dinyatakan melalui kekuasaan Allah yang meliputinya (3) dan penglihatan berupa angin badai dan empat makhluk hidup yang menyerupai manusia (bdk. 10:20 Kerub, 1Taw. 28:18; Mz. 18:11) yang mengikuti arah roh itu pergi (4-12, "roh" mengacu kepada Roh Allah ay.20). Ia juga melihat bara api yang menyala-nyala dan dan roda-roda yang berjalan di samping dan mengikuti makhluk-makhluk hidup itu (13-21) dan cakrawala yang dapat memperdengarkan seperti suara yang Maha Kuasa di atas kepala mahkluk hidup itu (22-24). Di atas cakrawala itu, ada takhta yang diduduki oleh seorang manusia yang mengkilap seperti sinar (25-28). Kemuliaan ini membuat Yehezkiel bersujud dan mendengarkan suara-Nya.


Allah tahu bahwa umat dan hamba-Nya sedang dalam kelemahan dan putus asa. Meski pembuangan itu merupakan akibat pelanggaran mereka, Allah datang membangkitkan hamba dan umat-Nya untuk kembali bersandar kepada-Nya. Sebelum memerintahkan Yehezkiel, Allah terlebih dahulu memberi penglihatan akan kemuliaan-Nya untuk membangkitkan mereka. Allah tetap ada dan sama berdaulat, bahkan di tempat pembuangan umat-Nya sekalipun. Allah kita tidak dibatasi oleh situasi dan wilayah.


Meski tidak mengalami penglihatan spektakuler, kasih Allah tetap atas umat-Nya. Kuasa dan kemuliaan-Nya tetap sama, bahkan dalam "pembuangan." [TNT]

Scripture Union Indonesia © 2017.