Perjanjian yang Mengikat

Ulangan 29:1-29
Minggu ke-3 sesudah Pentakosta

Ikatan perjanjian Allah dengan orang-orang Israel di gunung Horeb tidak dibatalkan oleh Allah (1; band. Kel. 24:7-8). Karena ketidakpercayaan dan ketidaktaatan, sebagian besar dari mereka telah dibinasakan Allah di padang gurun selama 40 tahun. Ia memperbarui perjanjian itu dengan generasi baru yang lahir di padang gurun.


Meski generasi baru belum pernah melihat pelbagai tanda dan mukjizat ajaib dari Allah, seperti: Laut Teberau terbelah dua, manna, tiang awan dan api dan sebagainya, bukan berarti mukjizat dan pemeliharaan Allah tidak hadir dalam kehidupan mereka (2-4). Musa mengatakan kepada mereka bahwa penyertaan Allah tidak selalu harus spektakuler, tetapi juga dapat terlihat pada hal-hal biasa yang luput dari pengamatan manusia. Contohnya: Pertama, pakaian dan kasut mereka tidak lapuk dan rusak selama 40 tahun di padang gurun (5). Kedua, mereka tidak makan roti buatan manusia dan tidak minum anggur, namun mereka dapat mengalahkan raja Hesybon dan Basan serta merebut wilayah mereka untuk dibagikan kepada dua setengah suku Israel (6a-8). Jika bukan perbuatan Allah, mustahil Israel baru ini dapat melakukan hal itu (6b). Untuk itulah, Musa menasihati mereka berlaku setia terhadap ikatan perjanjian-Nya agar masa depan mereka terjamin (9).


Musa menyuruh seluruh bangsa Israel berdiri di hadapan Allah untuk mengadakan pembaharuan perjanjian (10-12, 14-15). Perjanjian ini sifatnya mengikat sebab Allah menjadi Allah Israel dan Israel menjadi umat-Nya (13). Untuk mencegah terulangnya sejarah pemberontakkan kepada Allah, Musa mengingatkan mereka akan dosa penyembahan berhala (16-18). Karena ikatan ini tidak dapat dibatalkan, maka ada konsekuensi yang patut ditanggung Israel baru, yaitu Allah akan menghancurkan, meremukkan, dan melenyapkan mereka (19-23). Kutukan dan murka Allah atas mereka akan membuat bangsa-bangsa lain mencibir kedegilan hati bangsa Israel (24-28). Sebab itu, umat Israel harus menjaga kesetiaan mereka kepada Allah (29).


Jangan remehkan anugerah Allah dengan cara tetap hidup dalam kubangan dosa. [TG]

Scripture Union Indonesia © 2017.