Memproklamasikan Kristus

Lukas 3:15-20

Kesuksesan pelayanan Yohanes merupakan hal yang fenomenal. Banyak orang saat itu menduga bahwa dia adalah Mesias itu sendiri. Ini bisa dimaklumi karena semangat, kuasa, dan otoritas yang ia tunjukkan tidak kalah dari nabi-nabi PL, khususnya Elia (lihat Yoh. 1:21). Namun, Yohanes tetap sadar diri bahwa dia bukanlah Mesias. Dia hanyalah pendahulu Mesias.


Yohanes menegaskan tiga perbedaan mendasar antara dirinya dengan Mesias. Pertama, Mesias lebih berkuasa daripadanya (16). Ini menunjukkan perbedaan status. Yohanes hanyalah nabi, ini ditegaskan oleh Yesus sendiri kelak dalam Lukas 7:26. Mesias ialah Allah yang berinkarnasi. Maka, meski hanya melepas tali kasut Mesias pun Yohanes merasa tidak layak!


Kedua, Mesias membaptis dengan Roh Kudus dan api (16), sementara Yohanes hanya mempraktikkan ritual baptisan sebagai lambang pertobatan. Kristuslah yang sungguh-sungguh membawa pertobatan, kelahiran baru, dan pemurnian di dalam hati orang yang percaya. Api dalam konteks PL menunjuk pada pemurnian.


Ketiga, Yohanes datang untuk menegur dosa agar orang bertobat dan menerima Kristus. Namun Kristuslah yang kemudian akan menghakimi mereka yang menolak untuk bertobat (17). Salah satu kasus penolakan itu ialah Herodes. Berbeda dengan orang-orang yang datang kepada Yohanes untuk meminta petunjuk bagaimana menghasilkan buah pertobatan, Herodes justru memenjarakan Yohanes sebagai wujud penolakannya untuk bertobat (19-20).


Yohanes menjalankan fungsinya sebelum Kristus datang dengan mempersiapkan generasinya untuk menyambut Sang Juruselamat. Kita, yang hidup sesudah masa Kristus di bumi ini, bertugas memproklamasikan Dia sebagai satu-satunya pengharapan bagi dunia agar tidak menghadapi penghakiman akhir dari Dia. Sebaliknya, dengan bertobat dan memberi diri diselamatkan oleh Kristus, orang akan mengalami pembaruan dan pemurnian hidup. Mari kita bertekad untuk menjalankan panggilan mulia ini di tahun yang baru ini.

Scripture Union Indonesia © 2017.