Untuk bersekutu dengan Tuhan

Keluaran 29:38-46

Saat teduh adalah saat kita bisa menyediakan waktu secara khusus untuk bersekutu secara pribadi dengan Allah. Saat teduh menjadi saat bagi kita untuk mendengarkan suara Allah melalui firman-Nya, juga saat untuk mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan melalui doa. Itulah pengajaran yang sering kita dengar mengenai saat teduh. Seolah saat teduh dilakukan untuk kepentingan kita, sebagai umat yang membutuhkan Tuhan, sebagai sumber hidup kita. Ini tentu tidak salah. Namun nas hari ini menyatakan bahwa sesungguhnya Tuhan pun merindukan adanya waktu persekutuan dengan umat secara khusus.


Setelah imam-imam ditahbiskan, mereka harus mempersembahkan kurban tiap pagi dan tiap petang, tiap-tiap hari dalam setiap tahun (38-39), menurut aturan yang diberlakukan Tuhan (40-41). Persembahan kurban itu berupa dua ekor domba untuk sehari, yang dipersembahkan bersama tepung, minyak, dan anggur.


Mengapa Tuhan menghendaki para imam mempersembahkan kurban dua kali dalam sehari? Tentu bukan sebagai ajang pelatihan kerja bagi para imam yang telah ditahbiskan, melainkan karena Tuhan ingin bertemu umat dan berfirman kepada mereka (42-43).


Maka kita melihat bahwa persembahan kurban itu dilakukan untuk memastikan kelangsungan persekutuan umat dengan Tuhan, juga untuk mengingatkan umat Israel bahwa setiap hari adalah hari pengabdian kepada Tuhan. Itu sebabnya setiap hari harus dimulai dan diakhiri dengan mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Tuhan sendiri akan berdiam di tengah umat dan akan menjadi Allah mereka (45) supaya umat dapat memuliakan Tuhan, yang telah melakukan perkara besar bagi mereka (46).


Jika Tuhan merindukan waktu khusus untuk bersekutu dengan kita secara pribadi tiap hari, adakah juga kerinduan itu dalam hati kita? Sudahkah kita menyediakan waktu khusus untuk bersaat teduh? Bila belum, jadwalkan 15-30 menit tiap hari, sebagai permulaan. Bila sudah, ingatlah bahwa muara dari semua itu adalah agar kita memuliakan Dia.

Scripture Union Indonesia © 2017.