Berbuat baik mendatangkan sejahtera

Mazmur 37:27-40

Salah satu kritik terhadap gereja di Indonesia adalah terlalu sibuk dengan urusan internal hingga kurang peduli dengan lingkungan sekitar. Dalihnya adalah, di dalam saja masih belum rapi, bagaimana keluar? Ada juga yang beralasan, kita perlu memelihara jemaat agar hidup kudus, maka sebisa mungkin menghindar dari hal-hal yang dapat mengontaminasi gereja. Gereja menjadi benteng semata, tetapi tidak berperan untuk masuk ke dalam dunia dan menjadi berkat.


Bagian penutup mazmur ini mulai dengan perintah tegas: jauhi kejahatan dan lakukan kebaikan (27)! Jadi tidak sekadar menjaga diri dari perbuatan fasik, tetapi juga menjadi berkat buat dunia ini. Dari janji Tuhan bahwa orang yang berbuat kebaikan akan mewarisi negeri (29, 34, lihat 9, 11, 22), nyata bahwa tujuan berbuat baik adalah mendatangkan sejahtera buat umat manusia. Bagi umat Israel mewarisi negeri berarti tetap memiliki tanah perjanjian. Sebaliknya orang fasik akan terusir daripadanya. Kalau orang fasik tidak mendapat tempat di tanah perjanjian, bukankah kehidupan menjadi lebih baik? Bagi umat Tuhan masa kini, dampak kebaikan yang dilakukan orang percaya adalah dunia menjadi tempat yang lebih baik (34-37): semakin banyak pelaku kebaikan, semakin pelaku kejahatan tidak mendapat tempat. Masyarakat pasti tidak mau menerima yang jahat karena tidak mendatangkan kesejahteraan. Berbuat kebaikan mendatangkan pengharapan dan masa depan yang lebih baik!


Ibarat garam yang memberi cita rasa pada masakan dan mengawetkan hal yang baik, demikian kebaikan anak-anak Tuhan membawa damai sejahtera dan mencegah kebusukan moral di dunia ini. Gereja yang tidak mau keluar, hanya eksklusif di dalam, ibarat garam yang menggumpal di masakan. Asinnya tidak menyedapkan masakan, malah membuat mulut dan lidah yang mencecapnya akan segera memuntahkannya.

Scripture Union Indonesia © 2017.