Belajar bersyukur

Mazmur 30

Pengalaman hidup anak Tuhan tidak selalu berjalan baik dan mulus. Perjalanan itu bisa diumpamakan menaiki wahana halilintar di Dunia Fantasi, salah satu arena permainan di Jakarta. Jalannya naik turun, kecepatan berubah-ubah. Ada saat kepala di bawah, lalu di samping, dst. Perut serasa dikocok-kocok. Tak jarang ada penumpang yang kemudian muntah-muntah. Satu hal yang pasti dijamin oleh pemilik wahana tersebut, kereta yang memuat penumpang terikat erat dengan mesinnya sehingga dipastikan aman, demikian juga penumpangnya.


Pengalaman yang dicatat oleh mazmur ini memang dominan syukur dan pujian (2, 5-6, 12). Syukur dan pujian itu terjadi karena pengalaman ditolong atau dibebaskan dari gonjang-ganjing kehidupan. Dengan kata lain, sebelum jalannya aman dan tentram, ada pengalaman hidup yang berat, menimbulkan ketar-ketir di hati serta keluhan dan permohonan belas kasih agar dilepaskan dari situasi seperti ini.


Di satu sisi pemazmur meyakini perlindungan Tuhan memberi rasa aman dan sentosa (7-8a). Di sisi lain, perubahan begitu cepat terjadi, bahkan pemazmur merasakan hal tersebut disengaja oleh Tuhan (8b). Namun, pemazmur tidak mempermasalahkan hal itu. Yang penting, ia tahu bahwa dahulu Tuhan pernah menolong dirinya keluar dari kemelut hidup. Sekarang ia meminta dengan iman agar Tuhan sekali lagi menolong dia, melepaskannya dari masalah agar dapat memuji-muji Tuhan lagi.


Mazmur ini mengingatkan kita bahwa Tuhan itu baik. Ia pasti menolong kita tepat pada waktunya. Namun, Dia baik juga dalam hal menggoncang kehidupan kita tatkala kita terlena dengan rasa aman dan nyaman sehingga melupakan realitas dosa di dunia ini. Tujuan Tuhan mengoyang hidup kita adalah agar kita ingat bahwa kita membutuhkan Tuhan senantiasa dalam hidup kita sehingga kita belajar bersandar pada-Nya. Jadi mari bersama pemazmur, kita bersyukur kepada Tuhan.

Scripture Union Indonesia © 2017.