Jangan kurbankan kebenaran

Galatia 2:11-14

Rasa tidak enak terhadap orang lain terkadang mendorong orang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran. Ini terjadi karena orang itu tidak teguh berdiri di atas kebenaran. Lebih jauh lagi, karena orang itu tidak memahami kebenaran.


Ada orang-orang yang meragukan kerasulan Paulus dan memengaruhi jemaat Galatia dengan mengajarkan sunat dan Taurat sebagai hal yang utama. Menurut mereka, Injil yang Paulus ajarkan adalah buatan manusia. Maka Paulus menyatakan bahwa pertobatannya terjadi karena Kristus menyatakan diri kepada dia (Gal. 1:13-16). Namun ia tidak merasa perlu menemui para rasul di Yerusalem untuk meminta persetujuan mereka atas pelayanannya. Selama tujuh belas tahun, hanya dua kali ia mengunjungi Yerusalem (Gal. 1:18; 2:1).


Waktu rasul Petrus berkunjung ke Antiokhia, ia tinggal cukup lama dan bergaul akrab dengan orang-orang nonYahudi, bahkan ia juga makan bersama mereka. Begitu dekatnya rasul Petrus dengan kehidupan orang Antiokhia sehingga disebutkan bahwa ia hidup seperti orang Antiokhia. Namun kedatangan orang-orang Yerusalem kemudian membuat Petrus berubah. Petrus pelan-pelan menghindar dari jemaat Antiokhia, terutama pada saat makan. Lama kelamaan ada dua kelompok yang terbentuk pada saat makan bersama, yaitu keompok Yahudi dan kelompok nonYahudi.


Ketika Paulus melihat masalah ini, ia pun kemudian menegur Petrus (11, 14) karena ia dan orang-orang Yahudi telah salah dalam bersikap. Tindakan Petrus dan mereka yang mengikuti dia dapat disebut sebagai dosa karena motivasi mereka salah. Petrus bertindak demikian karena ingin menyenangkan orang lain, lalu ini jadi batu sandungan karena diikuti orang-orang Yahudi yang lain (13), Barnabas pun jadi ikut-ikutan bersikap munafik.


Kiranya ini mengingatkan kita untuk melakukan sesuatu bukan karena rasa sungkan, padahal bertentangan dengan kebenaran. Ketika kita akan bertindak, pikirkanlah apakah berdasarkan kebenaran atau justru malah mengorbankan kebenaran.

Scripture Union Indonesia © 2017.