Siap menderita

Matius 10:16-33

Mungkinkah murid Tuhan menjalani panggilan memberitakan kerajaan
Surga tanpa menghadapi masalah? Jawabannya ada pada ayat 24-25.
Kalau Yesus dalam pelayanan-Nya mendapat penolakan bahkan
sebentar lagi dibunuh, maka para murid boleh memastikan akan
mendapat penolakan yang paling sedikit sama.


Yesus mempersiapkan mereka untuk menghadapi aniaya dan penolakan.
Penganiayaan pasti akan datang, baik dari lembaga-lembaga resmi
(ayat 17-18), maupun dari pribadi-pribadi yang membenci
kekristenan (ayat 21-22). Mereka tidak bisa menghindar, bak
domba di tengah serigala. Namun mereka tidak perlu khawatir,
sebaliknya bersandar dan mengandalkan Tuhan (ayat 19-20). Dalam
menghadapi penganiayaan itu, kuncinya adalah tetap bertahan
sampai akhir (ayat 22b). Mereka harus mengandalkan hikmat Tuhan
sambil menjaga hidup tulus (ayat 16). Justru hikmat Tuhan
membimbing orang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk
memberitakan Injil (ayat 23).


Para murid diperintahkan untuk tidak takut (ayat 26, 28, 31).
Pertama, kebenaran pasti akan menang (ayat 26-27). Orang jahat
akan dibongkar kejahatannya pada penghakiman terakhir, dan orang
benar akan mendapatkan upahnya. Kedua, jiwa lebih penting
daripada tubuh (ayat 28). Aniaya bisa mematikan tubuh, tetapi di
hadapan Allah jiwa orang percaya diselamat-kan. Ketiga, Allah
berdaulat (ayat 29-31). Kesetiaan para murid akan diuji (ayat
32-33). Akan terbukti satu hari kelak siapa murid sejati dan
siapa yang palsu. Aniaya adalah salah satu alat uji yang ampuh.
Saat menghadapi penderitaan, sosok asli seseorang akan muncul,
tidak bisa lagi dibuat-buat.


Cepat atau lambat iman kita pasti akan menghadapi pengujian. Ujian
itu bisa lewat godaan dunia yang membuat kita berkompromi dengan
dosa. Atau bisa juga dengan memaksa kita untuk memilih tetap
setia kepada Tuhan, tetapi dengan konsekuensi "dikucilkan" atau
"dihabisi." Namun jangan pernah menyerah karena Allah berdaulat
memelihara milik-Nya.

Scripture Union Indonesia © 2017.