Kemenangan kita

1Yohanes 5:1-5

Dilahirkan kembali membuat kita menjadi anggota keluarga Allah.
Selain mengasihi Allah, kita mengasihi sesama yang juga
dilahirkan kembali oleh Allah (ayat 1). Mereka menjadi saudara
kita di dalam Kristus, tanpa memandang ras, bahasa, budaya,
strata ekonomi, atau pendidikan. Maka kita tidak selayaknya
membedakan orang berdasarkan hal-hal tersebut, melainkan
pandanglah sebagai orang yang sudah sama-sama diselamatkan oleh
Tuhan. Meskipun di antara kita terdapat perbedaan, kita dapat
tetap saling mengasihi karena kita berasal dari keluarga yang
sama.


Kasih kita kepada Allah dan kepada anak-anak Allah memperlihatkan
ketaatan kita pada perintah-Nya (ayat 2). Ini bukanlah tentang
bagaimana perasaan kita, tetapi bagaimana kita berelasi dengan
Allah dan umat-Nya. Ukurannya mudah: apakah kita sungguh-sungguh
taat pada perintah-Nya? Pertanyaan ini bukan ingin mengisyaratkan
bahwa perintah Allah itu berat. Perintah itu adalah pemberian
Allah untuk menunjukkan betapa baiknya kehidupan orang yang
menaati Dia. Perintah itu diberikan karena Allah tahu bagaimana
hidup dengan cara terbaik. Perintah-Nya itu tidak berat karena
ketika kita dilahirkan kembali, kita diberikan hati yang baru
yaitu hati yang dipenuhi dengan keinginan untuk menyenangkan hati
Allah. Jadi perintah Allah tidak akan terasa berat jika kita
sungguh-sungguh mengasihi Dia.


Relasi kita dengan Allah membuat kita dapat mengalah-kan dunia, yakni
musuh iman kita (ayat 1Yoh. 2:13-14). Jadi seharusnya tidak ada
kata kalah dalam kamus iman kita karena Yesus telah mengalahkan
dunia (Yoh. 16:33). Darah-Nya telah mengalahkan si pendakwa orang
percaya, yaitu setan (Why. 12:11). Kemenangan iman kita mungkin
saja membahayakan diri hingga berisiko terhadap nyawa kita. Namun
bila kita tidak menyayangkan nyawa dan tetap teguh pada kesaksian
iman kita, maka disitulah terletak kemenangan iman kita! Bila
kita menang maka kita akan menerima upah: duduk bersama Yesus di
takhta-Nya (Why. 3:21).

Scripture Union Indonesia © 2017.