Hikmat dalam bersikap dan bertindak

Amsal 18:9-24

Kemalasan bersifat destruktif (merusak). Bagi penulis Amsal, si
pemalas dan si perusak sama-sama merugikan masyarakat (9). Orang
yang berhikmat pasti suka bekerja keras. Ia tekun karena percaya
bahwa apa yang dia kerjakan di dalam Tuhan tidak sia-sia. Ia
mendasarkan ketekunannya pada kedaulatan Tuhan yang tak
tergoyahkan. Ia tahu bahwa Tuhan sanggup melindungi orang yang
memercayakan diri pada-Nya (10). Berbeda dengan orang kaya yang
mengira bahwa mereka bisa bergantung pada harta kekayaan yang
mereka miliki (11). Akibatnya mereka merasa tidak perlu Tuhan.
Padahal Mzm. 49 mengajarkan bahwa harta tak dapat memberi
keamanan yang maksimal. Malah akan membuat orang yang memilikinya
menjadi tinggi hati, yang pada akhirnya dapat menjadi pangkal
kehancuran mereka (12).


Ketinggihatian dan kebebalan orang terlihat ketika ia terlalu cepat
menjawab pertanyaan, yang sesungguhnya belum dia dengar
betul-betul. Atau ia terlalu cepat mengambil keputusan tanpa
mendengarkan terlebih dulu pertimbangan dari pihak lain. Ini
memperlihatkan bahwa orang itu kurang menghargai apa yang
dikatakan orang lain atau terlalu banyak memperhatikan diri
sendiri. Maka untuk menjadi bijak, orang harus memiliki kemauan
untuk terbuka mendengar pikiran orang lain (13, 15, 17).


Hikmat akan memampukan orang melakukan suatu tindakan, justru karena
imannya kepada Tuhan. Hikmat pula yang akan membuat orang berdiam
diri menantikan Tuhan, dan tidak memercayakan diri pada sesuatu
yang bukan Tuhan. Hikmat akan memberikan kesanggupan pada orang
untuk memutuskan tindakan apakah yang harus diambil, di dalam dan
karena imannya kepada Tuhan.


Hikmat juga memampukan orang untuk menghargai orang lain dan tidak
hanya memusatkan perhatian pada diri sendiri. Karena sebagai
orang beriman, panggilan kita adalah panggilan untuk melayani
orang lain. Maka milikilah hati yang berhikmat!

Scripture Union Indonesia © 2017.