Hormati juga hamba Tuhan

Bilangan 12:1-15

Menjadi pelayan Tuhan tidak membuat orang kebal dari isu atau hasutan
yang biasanya menimpa orang yang bekerja di bidang bisnis atau
politik. Bak pohon yang makin tinggi makin sering diterjang
angin, begitulah pelayan Tuhan sering mendapat sorotan dan
menjadi sasaran rasa iri. Musa pun mengalaminya. Malah hasutan
itu ditiupkan oleh saudaranya sendiri yaitu Miryam dan Harun
(1-2). Mungkin mereka iri karena otoritas yang dimiliki Musa.
Mereka menganggap posisi mereka sama dengan Musa.


Bagaimana Musa menghadapi isu tersebut? Musa tidak bereaksi. Ia
adalah seorang yang berhati lembut (3). Kelembutannya tentu lahir
dari kedekatannya dengan Tuhan (7-8). Maka tidak ada yang dia
lakukan untuk menyanggah serangan kata-kata Miryam dan Harun.
Tuhanlah yang kemudian bertindak. Campur tangan Tuhan
memperlihatkan pentingnya masalah ini bagi Dia. Ia mempertemukan
ketiga orang tersebut dan membuka isu itu di dalam terang
firman-Nya (4-8). Tuhan memang menyatakan firman-Nya secara
khusus kepada Musa, lebih istimewa daripada kepada nabi lain
(6-8). Tuhan memang memilih Musa untuk mengemban tugas
membebaskan bangsanya keluar dari Mesir. Itu sebabnya Tuhan
menjadi murka dan menghukum Miryam dengan kusta (9-10). Mungkin
Miryamlah "otak" dari hasutan ini. Melihat hal itu, Harun
menyatakan penyesalannya dan meminta belas kasihan Musa. Lalu
Musa, pria yang lembut hati itu, datang kepada Tuhan dan memohon
kesembuhan atas diri Miryam (11-13). Namun, Tuhan tetap
menginginkan Miryam dihukum selama tujuh hari (14-15).


Bagi para pelayan Tuhan kisah ini menjadi penghiburan yang
menguatkan: Tuhan memperhatikan dan turun tangan membela
pelayan-Nya. Ini juga menjadi peringatan keras bagi sesama hamba
Tuhan untuk tidak saling bersaing, tetapi saling mendukung dan
menghormati. Menghormati Tuhan adalah juga berarti menghormati
hamba-hamba yang telah Dia pilih.

Scripture Union Indonesia © 2017.