Membongkar kepalsuan

Yeremia 42:7-22

Jawaban Yeremia kepada sisa umat Yehuda menegaskan kembali rencana
Tuhan yang tidak berubah. Keselamatan umat Tuhan sepenuhnya
bergantung pada ketaatan mutlak mereka pada kehendak-Nya.
Ketidaktaatan pasti akan membuat mereka menuai kebinasaan!


Seperti rumusan berkat dan kutuk dalam Perjanjian Sinai yang
merupakan akibat ketaatan atau ketidaktaatan umat pada Tuhan,
demikian retorika jawaban Yeremia kepada umat. Ada janji (9-12)
jika mereka taat pada Tuhan, tinggal di Yerusalem dan tidak lari
ke Mesir. Tetap tinggal di Yerusalem berarti tunduk pada
pemerintahan Babel yang memang Tuhan sedang pakai untuk menjajah
umat-Nya. Ini yang sejak permulaan menjadi rencana "keselamatan"
Tuhan bagi umat-Nya, yang terus-menerus mereka tolak.


Namun, bagian-bagian selanjutnya bersifat kutuk, yaitu tatkala mereka
menolak taat dan memilih ke Mesir. Ay. 13-17 mencatat dua kali
kata jika (13, 15). Jika mereka memilih Mesir, maka mereka tidak
akan mengalami keselamatan dari Tuhan melainkan mengalami
kematian (16-17). Ay. 18-22 jauh lebih mengerikan. Tuhan akan
mencurahkan murka-Nya atas setiap orang yang memaksa pergi ke
Mesir karena mereka terang-terangan menolak firman Tuhan dan
melawan Dia.


Jawaban Yeremia tegas membongkar kepalsuan permohonan mereka yang
kelihatannya tulus (2-3, 5-6, band. 21). Sejak permulaan
pelayanannya, Tuhan sudah mengingatkan Yeremia akan penolakan
umat yang bebal. Sungguh sedih! Sebagai umat tersisa yang sesaat
telah mengalami \'pertolongan Allah\' dan tidak ikut dibinasakan
ketika Babel meluluhlantakkan Yerusalem, mereka tidak sedikit pun
merasa bersyukur apalagi tunduk pada Allah.


Camkan: Tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan. Penglihatan-Nya
menembus relung hati manusia yang terdalam. Karena itu, jika
ingin bertobat, bertobatlah sepenuh hati dan hiduplah serasi
dengan firman-Nya. Tobat pura-pura tidak dapat melepaskan orang
dari kebinasaan!

Scripture Union Indonesia © 2017.