Mazmur 85

Kemarin, kini, kelak
Doa dalam mazmur ini mungkin dipanjatkan dalam era pasca
pembuangan. Era itu masa kesulitan. Mereka harus membangun di
atas puing-puing kehancuran, akibat dari ketidaksetiaan mereka
terhadap Tuhan. Memang mereka sudah kembali dari pembuangan,
namun Bait Allah seolah hampa hadirat-Nya. Tanah masih belum
memberi hasil, juga kedamaian seolah masih jauh dari pengalaman
nyata mereka. Realitas mereka waktu itu menyatakan bahwa sesudah
pemulihan awal itu mereka masih memerlukan pemulihan lanjutan
dari Allah.


Pada situasi demikian umat mengingat kembali bahwa Allah adalah
pemulih, pengampun yang di masa lalu telah reda dari murka-Nya
(ayat 2-4). Pemazmur juga mengacu kepada sabda pelihat yang
menatap ke depan (ayat 9), yang menyatakan bahwa syalom akan
terwujud dalam pengalaman nyata mereka (ayat 10-14). Dalam
kepedihan pertobatan, timbul ingatan akan kasih setia Tuhan,
juga kecermatan menatap penuh hasrat ke saat ketika syalom
diwujudkan Allah di bumi ini. Dalam kaitan dengan dua keyakinan
itulah pemazmur menaikkan permohonannya agar Allah memulihkan
mereka dan meniadakan murka-Nya atas mereka (ayat 5-8).


Kegagalan dengan segala akibat pahitnya, juga kebutuh-an akan
pemulihan Allah yang berkesinambungan bukan saja pengalaman umat
Perjanjian Lama, tetapi juga kita kini. Tokoh-tokoh Kristen
seperti Thomas a Kempis, Oliver Cromwell menarik pelajaran
penting dari mazmur ini. Se-perti mereka, kita patut secara
serius menghayati pertobatan dan kerinduan akan terwujudnya
kesetiaan dan pemerintahan Allah yang dulu pernah Ia nyatakan
dan yang kelak akan Ia genapkan, menjadi pengalaman nyata kita
kini.


Renungkan:
Kemarin, kini, dan kelak Allah tidak berubah dalam kesetiaan-Nya
dan pasti merampungkan rencana-rencana kekal-Nya. Sepanjang masa
kehidupan kita bisa menjadi bermakna dan bertujuan bila kita
menghayati kebenaran ini.

Scripture Union Indonesia © 2017.