Hikmat sejati hanya ada pada Allah.

Ayub 28:1-28
Minggu Adven ke-4

Masih ingat pernyataan manusia kecil dan terbatas di ps. 25?
Pada ps. 28 ini, Ayub menyatakan sebaliknya. Syair Ayub tersebut
dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, Ayub melukiskan bahwa
manusia itu berharga di hadapan Allah sebab Allah mengaruniakan
kepintaran mencari lokasi sumber alam seperti: emas, perak,
besi, dan tembaga (ayat 1-11). Bahkan Ayub memperlihatkan
kepiawaian manusia yang jauh melampaui kehebatan burung dan
binatang terkuat sekalipun. Ayub menegaskan bahwa keahlian
manusia nyata dan patut dihormati karena manusia memiliki
hikmat. Akan tetapi, tidak seperti sumber alam yang diketahui
tempatnya, manusia tidak dapat menemukan lokasi hikmat (ayat
12-13; 20-21). Itulah sebabnya, Ayub bertanya: "Di mana hikmat
dapat diperoleh, di mana tempat akal budi?" (ayat 12). Jelaslah
bahwa cara memperoleh hikmat berbeda dengan upaya menggali
kepintaran. Allah memberikan kepintaran kepada manusia untuk
dipergunakan mencukupi diri sendiri dan mengolah alam. Namun,
hikmat tidak bisa didapatkan melalui berbagai keahlian tersebut.
Hikmat tidak dapat dibeli atau diperoleh di sembarang tempat.
Bagian kedua, Ayub mengungkapkan bahwa dirinya memperoleh hikmat
yang dicari-cari itu. Bagi Ayub, hikmat diperolehnya justru
melalui penderitaan yang dialaminya. Mengapa? Ayub meyakini
hikmat hanya diberikan Allah melalui perkenan-Nya (ayat 25-28).


Di zaman berteknologi mutakhir ini, kita bisa menjumpai banyak orang
yang memiliki kepintaran. Namun, mereka belum tentu berhikmat.
Perlu kita bedakan dua jenis hikmat yaitu hikmat yang bersumber
dari dunia dan hikmat sejati yang berasal dari Allah. Anda ingin
menemukan hikmat sejati? Anda harus bertemu dengan Allah. Ia
datang menjumpai kita dengan kasih-Nya melalui Yesus Kristus.
Memperoleh hikmat sejati dimulai dengan bertemu Yesus sebagai
jalan masuk menuju hikmat sejati. Kehadiran-Nya dalam hati akan
menerangi hidup Anda.


Renungkan:
Hikmat sejati berbeda dengan kepintaran. Milikilah hikmat yang
sejati itu.

Scripture Union Indonesia © 2017.