Harumnya aroma kurban.

Imamat 1;6:8-13
Minggu ke-15 sesudah Pentakosta

Satu dari tiga macam kurban utama dalam kemah pertemuan umat Israel adalah kurban bakaran yang dijelaskan dalam pasal ini. Di depan kemah pertemuan , kurban dibakar di mezbah sampai menjadi abu, dan tidak ada bagian darinya yang dimakan, baik oleh imam-imam maupun para pembawa kurban. Kemudian pembawa kurban menumpangkan tangannya diatas kurban tersebut, dan darah kurban dipercikan ke mezbah. Kita tidak boleh menafsirkan bahwa tindakan tersebut pada dirinya sendiri membuat terjadinya pengalihan dosa. Penumpangan tangan dilakukan sebagai tanda bahwa petobat sungguh ingin terlepas dari dosa-dosanya, dan ingin agar kesalahannya diampuni Tuhan.

Perintah ini disampaikan Allah dari kemah pertemuan (ayat 1:1), yang merupakan sarana bagi Allah untuk mengkomunikasikan firmanNya dan menjadi tempat untuk menyatakan kehadiranNya. Sebagai respon terhadap panggilan Allah bagi umat Israel untuk menjadi bangsa yang kudus, mereka yang berdosa perlu menerima pengampunan dosa dan penyucian diri dihadapan Allah yang kudus.

Kurban bakaran merupakan tanda bagi Allah dari para penyembah yang membawa kebutuhan-kebutuhan mereka kepadaNya. Tujuannya tidak lain adalah untuk mendapatkan respon dari Allah. Allah disini ‘dianggap’ mencium aroma harum asap kurban jika Ia berkenan(ayat 1:9,13,17). Kurban bakaran biasanya merupakan kurban pertama dari rangkaian kurban-kurban lainnya. Dengan demikian, kurban ini menjadi semacam”penarik perhatian” dari Allah untuk diriNya sendiri.

Kita melihat bahwa ada macam-macam variasi kurban yang dapat dibawa kehadapan Allah, tergantung harganya. Mereka yang lebih berkecukupan dapat membawa kurban hewan yang lebih mahal, demikian pula sebaliknya. Hal ini menunjukan bahwa Allah memberikan kesempatan sama kepada semua kelas sosial untuk datang mendekat kepadaNya.

Renungkan: Jika kita ingin melayani Tuhan, kita harus kudus! Kurban penebusan Kristus cukup tidak saja untuk menebus kita selamanya, tetapi juga untuk menguduskan kita dari hari kehari.

Scripture Union Indonesia © 2017.