Aku memasang jaringku menangkap engkau.

Yehezkiel 32:1-16
Minggu ke-16 sesudah Pentakosta

Ratapan kepada Firaun dan Mesir terbagi dua bagian, yakni ayat 2-
10 yang melukiskan tentang nasib Firaun sebagai makhluk yang
mengerikan di dalam sungai Nil dan ayat 11-16 mengenai keruntuhan
Mesir yang ditimbulkan oleh raja Babel.


Di dalam kemegahannya Mesir menyamakan dirinya dengan singa muda,
padahal aslinya ia adalah seperti buaya di laut. Di Mesir, lambang
kerajaan ialah patung makhluk yang berbadan singa. Hingga kini,
gambaran Spinx masih ada. Banyak penafsir yang menduga bahwa badan
makhluk besar itu adalah sejenis naga besar, suatu makhluk yang
dahsyat di dalam dongeng Tiamat. Makhluk yang merupakan
personifikasi dari sungai-sungai, berusaha berjuang melawan surga
namun akhirnya ia diremukkan oleh Marduk. Kisah ini dilekatkan
kepada bangsa yang kejam (Yes. 27:1; Dan. 7) tetapi terlebih
khusus dikenakan kepada Mesir (Yes. 30:7; 51:9-10) sambil
menunjukkan perangainya yang jahat.


Allah pasti menghukum Mesir (ayat 3) dan ketika penghukuman itu
dijatuhkan kepada rakyatnya (ayat 12-15) maka air yang sudah
dikeruhkan itu menjadi jernih kembali, artinya tidak ada orang
atau binatang yang akan terus membuat air itu beriak lagi. Dan ini
adalah suatu pertanda kemusnahan.


Allah selalu menepati firman-Nya. Bila murka-Nya dicurahkan, Ia akan
membiarkan semuanya menjadi reruntuhan.


Renungkan:
Banyak manusia berpikir dapat menghindari penghukuman Allah, namun
sebagai Kristen, kita tidak perlu iri kepada mereka. Cepat atau
lambat Tuhan pasti akan menyatakan penghukumannya. Sepandai-
pandainya tupai melompat, akhirnya akan terpeleset juga. Sepandai
apakah manusia melompat dan menghindari hukuman Allah?


Bacaan untuk Minggu ke-16 sesudah Pentakosta


Yesaya 35:4-7


Yakobus 2:1-5


Markus 7:31-37


Mazmur 146


Lagu: Kidung Jemaat 38


PA 3 Yehezkiel 29


Pada zaman bapak leluhur Israel, Mesir adalah tempat yang tepat bagi
mereka untuk menyelamatkan diri dari permasalahan yang pelik (Kej.
46:2-5). Namun jika hal ini menjadi preseden teologis dimana
setiap kali mereka mempunyai masalah yang serius, mereka segera
lari ke Mesir (Yer. 42:1-22), tindakan itu sudah menjadi preseden
yang buruk. Sebab Allah tidak pernah berkomitmen untuk melakukan
karya-Nya dengan cara yang selalu sama.


PA hari ini akan memperlihatkan kepada kita bahwa Allah dengan tegas
menyatakan kepada Israel bahwa Mesir bukanlah kubu keselamatan
Yehuda.


Pertanyaan-pertanyaan pengarah:


1. Bagaimanakah sikap Allah terhadap Mesir yang menjadi harapan Yehuda
(ayat 1-3)? Bagaimanakah sesumbar Firaun tentang dirinya sendiri
(ayat 3)? Apa yang akan dilakukan Allah atas Firaun (ayat 4-5)?
Bandingkan sesumbar Firaun dengan apa yang akan dilakukan Allah
atasnya! Apa yang dapat Anda pelajari dari perbandingan itu? Apa
tujuan tindakan Allah atas Mesir, bagi Mesir sendiri dan bagi kaum
Israel (ayat 6-9, 16)?


2. Mengapa Allah menghukum Mesir (ayat 9b)? Seberapa seriuskah
sesumbar Firaun sehingga Allah perlu mendatangkan penghukuman yang
dahsyat atasnya (ayat 10-16, 17-21)?


3. Siapakah Allah dan bagaimanakah kedaulatan-Nya dinyatakan dalam
bagian ini (ayat 6, 10-16, 19-20)? Berdasarkan tindakan Allah
terhadap Mesir dan Nebukadnezar, apa yang dapat Anda simpulkan
dari cara Allah bekerja?


4. Nubuat ini dinyatakan kepada bangsa Israel sekitar 1 tahun setelah
Yerusalem hancur (lih. Yer. 52:1). Seandainya Anda adalah bangsa
Yehuda yang tinggal di Yerusalem, apa yang akan Anda lakukan dan
apa yang akan Anda usulkan kepada para saudara dan tetangga Anda
dalam rangka meresponi nubuat ini dengan benar? Mengapa? Ada
waktunya kita merenungkan apa yang Allah telah lakukan di masa
lampau untuk mempertebal keyakinan bagi masa depan, namun kita
tidak boleh membakukan proses karya Allah menjadi suatu prinsip
yang mati. Setujukah Anda dengan pemahaman ini? Jelaskan!

Scripture Union Indonesia © 2017.