Aku membuat dia sungguh-sungguh elok.

Yehezkiel 31
Minggu ke-15 sesudah Pentakosta

Bagian ini memakai metafora pohon aras yang tinggi untuk
melukiskan Firaun. Kiasan ini memiliki 3 elemen. Pertama, tentang
Firaun yang mewakili bangsa Mesir yang disebut Yehezkiel sebagai
sebatang pohon aras yang rimbun (ayat 2-9). Kedua, menggambarkan
bencana tumbangnya pohon yang besar (ayat 10-14). Ketiga,
menggambarkan reaksi di pihak sisa bangsa-bangsa terhadap
peristiwa ini.


Mesir diibaratkan sebagai pohon yang sungguh-sungguh elok dengan
cabang-cabangnya yang sangat rapat. Bertumbuh di taman Eden, di
taman Allah, sehingga segala pohon cemburu kepadanya (ayat 19).
Namun karena kelebihannya ia menjadi sombong (ayat 10). Dan Allah
tidak pernah mentolerir kesombongan Mesir.


Dosa yang melanda Mesir adalah kesalahan yang umumnya terdapat pada
diri pejabat, pembesar, dan para pemimpin. Kejatuhan Firaun ini
merupakan peringatan bagi semua pemimpin: keluarga, lingkungan,
gereja, masyarakat, bangsa, agar jangan melakukan kesalahan yang
sama lagi (ayat 14). Semua keangkuhan pada akhirnya akan bermuara
di pantai penderitaan, karena akan dirongrong oleh pahit getirnya
penindasan dosa yang telah mengikat (ayat 11-12).


Dengan diberitahukannya Firaun untuk menempati level yang paling
bawah di dunia orang mati, menandaskan bahwa ia menderita rasa
malu yang tiada terhingga. Mengingat orang Mesir melakukan
penyunatan dan memberi penghormatan yang amat besar terhadap
seremoni pemakaman, maka tindakan Tuhan ini untuk memelekkan mata
manusia yang hanya mementingkan penghormatan diri, tanpa
mengindahkan Tuhan yang telah menciptakannya.


Ketika penghukuman datang, maka keindahan atau kecantikan setinggi
apa pun tidak akan berati apa-apa. Tiada satu pesona diri yang
dapat menebus murka Allah yang menyala-nyala terhadap kefasikan
yang sudah mengental di dalam diri manusia. Dengan demikian paras
yang elok di antara yang paling elok tidak akan berharga lagi.


Renungkan:
Ketika kita dipakai Tuhan dan diperlengkapi dengan segala
kelebihan dan kecakapan, janganlah biarkan kita menukar posisi
yang seharusnya sebagai 'alat' menjadi sebagai 'tuan', sehingga
menggeser Tuhan, Sang Pencipta kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.