Mati semut karena gula.

Yeremia 48:1-20
Minggu Paskah 6

Sambil melayangkan matanya mulai dari barat ke timur,
Yeremia memaparkan penghukuman yang akan menimpa bangsa
demi bangsa. Kali ini tibalah giliran bangsa Moab.
Mereka tinggal di sebelah timur Laut Mati. Kota-kota
bangsa Moab yang menyerang Yehuda pada masa
pemerintahan Yoyakim, akan dihancurkan dan dibiarkan
tanpa penghuni (1-10). Kesombongannya akan dipatahkan
oleh pukulan dahsyat yang mendadak (11-20).
Bagaimanakah Allah melakukan semua itu?


Moab begitu membanggakan topografi yang mereka miliki sebab
itu bangsa Moab sulit untuk diserang oleh musuh. Batas
sebelah utara terdapat sungai Arnon, batas selatan
sungai Zered, di sebelah barat membentang Laut Mati,
sedangkan sebelah timur membentang padang pasir. Namun
benteng yang dibanggakan justru menjadi bumerang.
Ketika serangan dari utara berhasil menembus benteng-
benteng kebanggaan Moab (1-2) yang kemudian diikuti
serangan dari selatan (3-5), Moab hancur lebur dan
hanya 1 pilihan untuk menyelamatkan diri yaitu lari ke
padang gurun (6) yang berarti kehancuran perlahan-
lahan. Kekuatan militer Moab yang sangat dibanggakan
tidak mampu membendung serangan pembinasanya (14). Dewa
kebanggaan mereka, Kamos, juga akan dihancurkan, bahkan
ikut dalam pembuangan (7). Topografi yang jadi
bumerang, militer yang turun ke pembantaian, serta dewa
yang tak berdaya melenyapkan budaya anggur mereka (11-
13). Budaya anggur muncul dari kemampuan mereka untuk
menjual komoditi mereka yang sangat berharga – anggur –
ke luar negeri serta di dalam sejarah mereka tidak
pernah mengalami pembuangan. Penghukuman yang dahsyat
atas Moab disebabkan karena mereka bersekongkol dengan
bangsa lain untuk menentang Babel (bdk. Yer. 27:2-3),
puas terhadap diri sendiri (11-12), dan bergantung pada
kekuatan sendiri (14).


Renungkan:
Inilah peringatan bagi semua manusia bahwa di hadapan
Allah kekuatan, kekuasaan, dan kemampuan yang sudah
melegenda pun tidak ada artinya. Ketika tiba saatnya
Allah menghukum manusia yang selalu menentangnya, maka
Allah dapat memutarbalikkan semua fakta dan perhitungan
logika manusia, sehingga pasti akan mengalami
kehancuran karena kekuatannya sendiri, seperti kata
pepatah mati semut karena gula.

Scripture Union Indonesia © 2017.