Kehancuran total bagi hati yang bebal.

Yeremia 44:1-14
Minggu Paskah 5

Perikop kita hari ini berbicara tentang penghukuman
yang akan diterima oleh orang-orang Yehuda yang
mengungsi ke Mesir. Sepintas ini sangat mirip dengan
pasal 29 dan 32 yang berbicara tentang penghukuman yang
akan diterima oleh orang-orang Yehuda sebelum
pembuangan. Namun ada satu hal penting yang membedakan
perikop ini dengan kedua pasal sebelumnya yaitu perikop
ini tidak mewartakan pengharapan setelah penghukuman.
Komunitas Yehuda yang ada di Mesir telah melakukan
kesalahan fatal yang memupuskan semua pengharapan yang
sungguhnya tersedia bagi mereka. Apa yang mereka
lakukan dan bagaimana?


Di Mesir mereka menyembah allah lain - ratu sorga.
Perzinahan rohani ini bukan suatu kekhilafan atau pun
dosa yang baru mereka lakukan. Sebaliknya perzinahan
rohani sudah membudaya di kalangan Yehuda karena sudah
dilakukan oleh setiap orang Yehuda dari bayi sampai
dewasa, laki-laki maupun perempuan (7). Lagipula hati
nurani mereka sudah tumpul. Mereka telah sampai pada
satu titik dimana hati mereka menjadi begitu keras
sehingga tidak mungkin menyesali dan berbalik dari dosa-
dosanya. Apa buktinya bahwa hati mereka sudah keras?
Penghukuman Allah melalui tangan Babel yang baru saja
mereka alami tidak membuat mereka jera sebaliknya
mereka justru mendatangkan lagi celaka besar bagi diri
mereka (7), dengan kesadaran penuh mereka menimbulkan
sakit Allah dan mau menjadi kutuk dan aib di antara
segala bangsa (8). Ketidaktaatan mereka bukan lagi
disebabkan karena tekanan ataupun situasi dan kondisi
yang memaksa mereka, namun secara sadar telah menjadi
pilihan mereka. Bagi ketidaktaatan sedemikian tidak ada
lagi hajaran dan disiplin yang akan menyadarkan dan
membawa mereka kembali ke jalan yang benar. Hanya ada
satu yang harus dilakukan Allah yaitu menujukan wajah-
Nya terhadap mereka dan mencabut sisa Yehuda (11-12).
Artinya tidak ada pengharapan bagi masa depan Yehuda
selain kehancuran total.


Renungkan:
Ketidaktaatan yang dilakukan terus-menerus dapat
menjadi kebiasaan, yang menjadikan hati kita keras
sehingga tidak ada peringatan bahkan hajaran apa pun
yang dapat menyadarkan kita dari ketidaktaatan itu,
ujungnya adalah maut. Ini peringatan keras bagi kita
untuk hidup dalam ketaatan terus-menerus.

Scripture Union Indonesia © 2017.