Tentunya masih segar dalam ingatan kita, ketika kris-mon melanda
Indonesia. Gereja-gereja sibuk membagikan atau menjual murah
sembako kepada masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Pelayanan ini masih berlanjut hingga sekarang. Harus diakui
bahwa pelayanan ini memang dapat membantu meringankan penderitaan
masyarakat kelas bawah. Namun dampaknya hanya bersifat
sementara. Pelayanan demikian tidak mampu mengentaskan mereka
dari kondisi sosial yang terpuruk. Yang lebih mengkuatirkan
adalah pelayanan demikian justru akan melanggengkan kemiskinan
mereka. Mungkin dalam pikiran mereka akan tumbuh suatu prinsip
bahwa 'kerja keras tidak perlu karena pada akhirnya akan ada yang
mengulurkan bantuan'.
Elisa yang dalam pelayanannya banyak berhadapan dengan orang-orang
kecil dan masyarakat biasa, memberikan teladan yang baik tentang
sebuah pelayanan yang mengentaskan. Ketika seorang janda yang
anak-anaknya harus dijual sebagai budak untuk membayar
hutang-hutangnya datang minta pertolongan kepadanya, maka Elisa
menyambut dengan penuh empati dan peduli, menyatakan siap
membantunya. Namun, sang janda harus bekerja bersama anak-anaknya
meminjam buli-buli sebanyak-banyaknya, menuangkan minyak ke
dalamnya, dan kemudian dijual. Dari hasil usaha, yang dibantu
oleh mukjizat Allah, sang janda berhasil membayar hutang dan
mempunyai uang untuk hidup selanjutnya. Artinya, hidupnya tidak
lagi bergantung pada bantuan orang lain.
Apa yang bisa kita simpulkan tentang bantuan yang diberikan Elisa?
Bantuan itu tidak hanya membuat orang rajin bekerja tetapi juga
makin mengokohkan kesatuan keluarga dengan memberdayakan keluarga
tersebut, dapat menanggung permasalahan bersama-sama. Bantuan itu
mengentaskan mereka dari permasalahan secara tuntas. Bahkan juga
mengangkat derajat sosial mereka dari calon budak menjadi orang
merdeka. Dengan bantuan ini pun mereka hidup mandiri.
Renungkan:
Pelayanan Elisa di antara rakyat kecil memberikan gambaran
kepada Kristen masa kini, bagaimana seharusnya menolong rakyat
kecil yang dalam kesulitan ekonomi, agar nantinya pertolongan
yang diberikan itu tidak menjadi bumerang bagi si penolong dan
tidak menjadi racun bagi yang ditolong.
Elisa yang dalam pelayanannya banyak berhadapan dengan orang-orang kecil dan masyarakat biasa, memberikan teladan yang baik tentang sebuah pelayanan yang mengentaskan. Ketika seorang janda yang anak-anaknya harus dijual sebagai budak untuk membayar hutang-hutangnya datang minta pertolongan kepadanya, maka Elisa menyambut dengan penuh empati dan peduli, menyatakan siap membantunya. Namun, sang janda harus bekerja bersama anak-anaknya meminjam buli-buli sebanyak-banyaknya, menuangkan minyak ke dalamnya, dan kemudian dijual. Dari hasil usaha, yang dibantu oleh mukjizat Allah, sang janda berhasil membayar hutang dan mempunyai uang untuk hidup selanjutnya. Artinya, hidupnya tidak lagi bergantung pada bantuan orang lain.
Apa yang bisa kita simpulkan tentang bantuan yang diberikan Elisa? Bantuan itu tidak hanya membuat orang rajin bekerja tetapi juga makin mengokohkan kesatuan keluarga dengan memberdayakan keluarga tersebut, dapat menanggung permasalahan bersama-sama. Bantuan itu mengentaskan mereka dari permasalahan secara tuntas. Bahkan juga mengangkat derajat sosial mereka dari calon budak menjadi orang merdeka. Dengan bantuan ini pun mereka hidup mandiri.
Renungkan: Pelayanan Elisa di antara rakyat kecil memberikan gambaran kepada Kristen masa kini, bagaimana seharusnya menolong rakyat kecil yang dalam kesulitan ekonomi, agar nantinya pertolongan yang diberikan itu tidak menjadi bumerang bagi si penolong dan tidak menjadi racun bagi yang ditolong.
", "http://www.su-indonesia.org/images/santapanHarian/1015-t.jpg", 520, 350)'>