Yang terendah untuk yang termulia

Lukas 2:8-20
Natal 2

Mengapa Lukas perlu menuliskan kejadian yang tercatat dalam
perikop ini? Jawabannya terletak pada kata kunci di daerah itu
(1). Kelahiran Yesus terjadi di tempat yang terpencil dan jauh
dari keramaian orang. Untuk lebih memperkuat fakta itu dan
meningkatkan kredibilitasnya (nama baik), maka berita itu perlu
diteruskan kepada orang-orang yang berada dekat daerah itu dan
masih "terjaga" secara penuh (tidak tidur atau baru bangun dari
tidur). Orang-orang yang memenuhi kriteria tersebut adalah para
gembala, yang ketika itu sedang menjaga kawanan ternak di daerah
itu. Mereka yang merupakan sekelompok orang yang dianggap paling
rendah dalam tatanan sosial pada waktu itu telah dipilih Allah
untuk menjadi saksi atas peristiwa terbesar dalam sejarah
manusia. Jadi, dengan demikian siapa pun kita, Allah dapat
memakai-Nya untuk maksud mulia-Nya.


Respons yang lebih baik.
Lukas menggambarkan kontradiksi yang indah antara respons
kebanyakan orang dan Maria terhadap berita Injil. Lukas dengan
indah menggunakan kata untuk mengkontraskan hal tersebut. Orang
banyak memberikan respons yang spontan dan terheran-heran,
sedangkan Maria merenungkannya. Banyak di antara kita sering
mengungkapkan secara emosional dan spontan dalam meresponi suatu
berita kesukaan. Namun biasanya ungkapan emosional itu akan cepat
sirna karena tidak diikuti dengan perenungan. Keadaan ini akan
mengurangi minat kita memahami karya besar Allah. Sudah
semestinyalah minat tersebut berakar seperti yang diperlihatkan
oleh Maria yaitu pengkontemplasian (perenungan) atas apa yang
sudah Allah lakukan dan apa artinya bagi manusia.


Renungkan:
Mengimani apa yang sudah Allah lakukan dalam kehidupan umat
manusia secara umum dan dalam kehidupan kita secara khusus
tidak dapat diimani hanya dengan mengutamakan perasaan.
Menghayati dan memahami karya Allah yang Maha Besar melibatkan
seluruh keberadaan kita: pikiran, pengetahuan, perbuatan, dan
perkataan. Hidup yang mulia bukan karena kemampuan kita, tetapi
karya Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.