Kasih Setia-Nya Tetap

Mazmur 107:1-9
Minggu ke-8 sesudah Pentakosta
Pemazmur mengatakan, ???Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya??? (Mzm. 107:1). Ia memulai mazmurnya dengan mengajak umat Israel bersyukur kepada Allah. Rasa syukur itu dikumandangkan bukan tanpa alasan. Dan alasannya adalah Allah itu baik. Kebaikan itu ditegaskan dengan pernyataan bahwa kasih setia Allah tidak pernah berhenti. Israel, sebagai bangsa, sekali lagi mengalami penebusan Allah (2). Umat Israel telah dikumpulkan Allah dari negeri-negeri di mana mereka telah dibuang (3). Pengalaman hidup sebagai bangsa yang dibuang tentulah amat menyesakkan. Bagaimanapun umat Israel tidak bisa mengembangkan identitas (agama, budaya, dan politik) mereka sendiri dengan leluasa. Mereka adalah bangsa budak yang bisa diperlakukan apa saja oleh tuannya dan berada di luar perlindungan hukum. Sehingga , kepulangan umat Israel kembali ke negerinya sendiri di luar nalar manusia. Pada kemerdekaan pertama -- kemerdekaan dari belenggu penjajahan di tanah Mesir -- umat Israel dipimpin oleh Musa. Pada kemerdekaan kedua, Allah menggunakan Koresh, Raja Negeri Persia, untuk mengizinkan umat Israel pulang ke Israel. Mereka pulang karena dekret pemimpin bukan dari kalangan sendiri. Dan kemerdekaan kedua ini memperlihatkan dengan jelas bahwa Allah tidak melupakan umat-Nya. Meski Israel berkali-kali melawan titah-Nya, kasih setia Allah tetap! Kelihatannya pemazmur sengaja mengingatkan umat Israel akan pengembaraan nenek moyang mereka di padang belantara menuju Tanah Perjanjian. Di tengah kelaparan, kehausan, dan kecemasan, Allah senantiasa mencukupkan kebutuhan mereka dan menuntun sampai ke Kanaan. Kemerdekaan kedua sebenarnya juga merupakan pengulangan kisah tersebut. Umat Israel juga harus melalui padang belantara untuk sampai ke tanah leluhur. Penyertaan Tuhan tetap, tak berubah, dan tidak bergantung pada sifat manusia. Sehingga pemazmur menyerukan rasa syukur atas kasih setia dan kebaikan Allah (8-9).
Yoel M. Indrasmoro
Scripture Union Indonesia © 2017.