Hamba yang menderita.

Yesaya 52:13-12
Minggu Sengsara 5

Di jaman dulu maupun sekarang ini, tidak umum bila seseorang yang
benar secara hukum membiarkan dirinya disiksa tanpa membuka mulut
untuk pembelaan. Namun nabi Yesaya memaparkan kepada kita bahwa
ada seseorang yang disebutnya Hamba yang menderita yang sanggup
melakukan itu. Hamba itu diremukkan, dihina, diejek, diperlakukan
sewenang-wenang. Tidak hanya itu, bahkan dalam kematiannya, dia
dimasukkan dalam kalangan pemberontak (53:12). Bagi seorang
manusia biasa penderitaan dan kesengsaraan yang dialaminya justru
selalu diusahakan untuk dihindari (53:3). Yesaya memaparkan makna
yang terkandung di balik penderitaan hamba itu. Dikatakan Yesaya
bahwa semua itu adalah bagian dari kehendak dan rencana agung
Allah demi korban penebusan salah bagi manusia (53:10).


Kristus Sebagai Penggenap.
Nubuat hamba Tuhan yang menderita ini digenapi dalam diri Yesus
Kristus. Sama sekali tak terlihat usaha pembelaan diri-Nya. Namun
justru di sinilah letak rahasia keagungan kasih Allah. Dengan
mempertaruhkan Putra-Nya, Sang Bapa merencanakan penyelamatan kita.
Bagi kita, penyelamatan itu memang tanpa pembayaran apapun, tetapi
dari sudut Allah, penyelamatan itu menuntut pengorbanan Yesus,
Anak Tunggal Bapa. Benarkah sudah kita sadari bahwa Dialah
Juruselamat kita pribadi? Coba kita baca ulang dan resapi kalimat
yang tertulis pada ayat 5. Gantilah setiap kata "aku" dengan kata
"kita". Kesan apa yang kita terima? Kasih yang tak ternilai.
Menyadari kasih pengorbanan Yesus Kristus membuat kita mampu
mengasihi siapa saja, tanpa harus memandang asal, keturunan, dlsb.
Dan kita pun menjadi anak-anak Bapa yang mengenal damai dan
bersedia membawa damai.


Doa:
Ya Bapa yang kudus, sesungguhnya pengorbanan Putra-Mu yang Tunggal
adalah anugerah terbesar yang kami terima dalam hidup ini. Ajar
kami selalu bersyukur atas hal itu dan hidup sesuai dengan
pembenaran-Mu itu. Amin.

Scripture Union Indonesia © 2017.