Perjamuan terakhir

Markus 14:22-25

Dalam tradisi Yahudi, pada malam pertama dalam perayaan Paskah keluarga-keluarga Yahudi akan melaksanakan makan Paskah untuk memperingati malam saat bangsa Israel keluar dari Mesir. Saat itu bangsa Israel mempersembahkan anak domba dan mengoleskan darahnya pada ambang pintu agar mereka selamat dari kematian yang melanda setiap anak sulung keluarga Mesir (bdk. Kel 12:1-28; 43-51).


Tradisi Yahudi ini pun dilakukan oleh Yesus. Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul sebagai satu keluarga untuk makan perjamuan Paskah. Yesus menempatkan diri sebagai kepala keluarga. Ia membagi-bagikan roti dan cawan minuman seperti yang dilakukan menurut tradisi Yahudi. Akan tetapi, dalam perjamuan Paskah malam itu, Yesus memberikan makna baru terhadap makan Paskah dengan menunjukkan kepada para murid bahwa Dialah yang menjadi Anak Domba Allah. Kematian-Nya adalah seperti anak domba yang dipersembahkan waktu malam ketika bangsa Israel hendak keluar dari Mesir.


Sebagai Anak Domba Allah, Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai jaminan keselamatan bagi seluruh dunia. Tidak hanya itu, roti perjamuan Paskah juga diberi makna yang baru. Yesus melambangkan roti Paskah sebagai tubuh-Nya yang akan segera diserahkan bagi para murid (22). Demikian pula, air anggur yang mereka minum adalah darah-Nya yang akan segera tercurah sebagai meterai perjanjian dan perdamaian Allah dengan manusia. Melalui perjamuan itu, Ia ingin mengingatkan para pengikut-Nya bahwa Ia telah mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban demi membebaskan umat-Nya.


Dalam tradisi kekristenan, perjamuan ini kita kenal dengan istilah Perjamuan Kudus, yang merupakan sarana yang dipakai Tuhan untuk mengingatkan pengikut-Nya akan cinta kasih-Nya yang besar, sehingga Ia rela menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan manusia. Makan roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus hendaknya mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan dan menolak kasih dan pengorbanan Tuhan bagi kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.