Perbudakan dosa

Mazmur 78:34-53

Sungguh ngeri melihat zaman sekarang masih ada orang yang secara
diam-diam melakukan traficking, penculikan anak-anak yang
kemudian dijual untuk dijadikan budak, bahkan pelacur. Di zaman
orang menghargai kemerdekaan, hak asasi manusia, betapa
perbudakan sangat tidak masuk di akal sehat. Namun tahukah Anda
perbudakan yang jauh lebih mengerikan daripada perbudakan fisik?
Ya, perbudakan dosa. Keadaan manusia yang dibelenggu oleh dosa
sehingga setiap perbuatannya dikendalikan oleh natur dosa. Itulah
kenyataan manusia berdosa, bukan hanya tidak mampu mengendalikan
diri untuk hidup sesuai dengan harkat kemanusiaannya, bahkan
sengaja menggadaikan kemanusiaan yang mulia itu untuk hal-hal
fana, semata-mata hawa nafsu.


Gambaran umat Israel yang dipaparkan di perikop ini, tepat sekali
mengilustrasikan belenggu dosa yang memperangkap hidup mereka. Di
mulai ayat 32 yang menyatakan bahwa walaupun Tuhan sudah
menghukum dahsyat kerakusan dan ketidakpuasan mereka, tetap saja
mereka berbuat dosa dan tidak memercayai Tuhan. Bahkan mereka
sengaja menggadaikan kemuliaan Allah yang menyertai mereka dengan
menipu Dia. Yaitu dengan pura-pura bertobat. Dengan kata-kata
memohon ampun, mungkin pula disertai ritual-ritual kudus, tetapi
hatinya melawan Dia dan melecehkan firman-Nya (ayat 34-37).
Padahal sepanjang sejarah hidup mereka, kasih setia Tuhan tak
pernah memudar. Bayangkan kegemasan pemazmur saat mengungkapkan
sekali lagi kasih setia-Nya membela mereka dari tangan musuh
(ayat 43-53).


Itulah kenyataan manusia berdosa, tidak ada sedikit pun kemampuan
untuk hidup berkenan kepada Tuhan. Kebaikan Tuhan seperti angin
lalu yang mereka nikmati hembusannya, terus dilupakan begitu
saja. Syukur kepada Allah, di dalam Kristus, perbudakan dosa
dipatahkan, belenggu maut dihancurkan. Sejarah kelam umat Israel
menjadi peringatan untuk kita agar tidak keluar dari lingkup
anugerah-Nya agar kita hidup berkenan kepada-Nya!

Scripture Union Indonesia © 2017.