Hamba yang setia

Yehezkiel 44:15-31

Siapa orang yang sesuai hati Allah hingga boleh melayani Dia sebagai
imam? Mengingat fungsi dan status imam begitu vital bagi
kehidupan umat Allah maka tidak sembarang orang layak menjadi
imam. Dalam era pembaruan seperti yang dilihat Yehezkiel, Allah
kembali menegaskan bahwa Ia menyeleksi dan membuat jabatan imam
itu eksklusif. Hanya orang Lewi, khusus dari keturunan Zadok,
yang boleh menjadi imam. Penetapan Ilahi ini bukan saja
menegaskan hak Allah mengatur peribadahan, tetapi juga serasi
dengan kenyataan hidup bani Zadok. Adalah fakta bahwa ketika
orang Israel sesat, bani Zadok setia mengabdi-Nya (ayat 15).
Pilihan dan hak istimewa dari Allah direspons dengan kenyataan
yang sepadan. Ini alasan Allah terus memercayai mereka.


Karena jabatan imam begitu vital dan sangat mulia, para imam harus
hidup dalam kekudusan. Kekudusan itu tercermin dari dalam ke
luar. Dari hati ke hubungan, ke gaya hidup sehari-hari, ke sikap
terhadap yang sakral maupun yang sekuler. Allah menegaskan bahwa
manusia yang me-laluinya pelayanan pendamaian dan pengudusan
diberlakukan Allah kepada umat, harus juga menggemakan secara
konkret hubungan damai dengan Allah yang tercermin dalam
kehidupan kudus dalam segala aspeknya.


Prinsip sedemikian indah ini, kita tahu baru terpenuhi dalam Kristus.
Karena Dia dan Perjanjian Baru yang diwujudkan-Nya, semua orang
percaya boleh menjalani fungsi imam dalam keseharian hidup.
Kualitas kehidupan Yesus seutuhnya benar-benar pilihan dan tak
tertandingi, maka orang yang masuk ke dalam-Nya menerima juga
dampak dahsyat pelayakan dan pengudusan diri. Puji Tuhan!


Kita dipercayakan status dan fungsi yang amat mulia, bukan karena
kita layak atau karena kita telah membuktikan diri sanggup.
Melainkan karena kelayakan diri Yesus diperhitungkan kepada kita,
dan dampak pengudusan oleh Yesus diberdayakan Roh ke dalam
kehidupan kita. Karena Yesus, marilah kita melayani Dia dengan
setia dan layak!

Scripture Union Indonesia © 2017.