Umat Tuhan yang sudah sekian lama ada di dalam pembuangan bisa
terancam putus asa. Meski mereka sudah taat pada nubuat Yeremia
agar menerima pembuangan ke Babel, kondisi itu bukanlah kondisi
ideal umat. Mereka perlu secercah pengharapan melalui nubuat
penghukuman atas Babel yang dikumandangkan Yeremia. Nubuat itu
menghibur umat, menunjukkan bahwa Tuhan peduli pada penderitaan
mereka dan mendengar keluhan mereka (34-37).
Berita pengharapan itu dimulai dengan gambaran kemenangan gemilang
para musuh atas Babel. Oleh kehendak Tuhan, musuh-musuh Babel
bersekutu untuk menghancurkan Babel (27-33). Babel yang terkenal
dengan dewa Bel dan tembok kotanya, akan tamat riwayatnya. Tuhan
akan mempermalukan Bel dan tembok kota akan diruntuhkan (44, 47).
Sebab itu umat Tuhan diperingatkan untuk segera menyingkir
sebelum bencana tiba (45-46). Mereka harus ingat Tuhan dan
kembali ke Yerusalem sebelum Babel ditimpa celaka (50). Babel
memang harus mengalami semua itu sebagai balasan karena telah
melakukan hal yang sama sebelumnya kepada Israel dan juga
bangsa-bangsa lainnya (49). Tak heran bila kejatuhan Babel akan
menggembirakan banyak pihak (48).
Ternyata Tuhan tidak pernah membiarkan kelaliman merajalela di dunia
ini. Bahkan meski ada pihak yang pernah Dia pakai sebagai cawan
murka-Nya, tetap saja Tuhan tidak akan membiarkan pihak tersebut
bertindak di luar batas yang telah Dia tentukan. Bila itu terjadi
maka Tuhan sendiri yang akan turun tangan dan menunjukkan
kuasa-Nya.
Penghakiman Tuhan menjadi penghiburan bagi kita. Bila kita mengalami
penderitaan sebagai akibat kelaliman dan kesewenang-wenangan
pihak lain, yakinilah bahwa hal itu tidak akan berlangsung untuk
selamanya. Tuhan tahu dan Ia peduli. Akan ada saat Tuhan turun
tangan dan menyatakan perlindungan-Nya atas umat-Nya. Yang perlu
kita lakukan adalah mengadukan permasalahan kita kepada Tuhan dan
memohon Ia menjalankan keadilan-Nya.