Hikmat untuk mengelola umat

Nehemia 7:4-73

Membangun sesuatu lebih mudah daripada memelihara dan
mengembangkannya. Fakta betapa cepatnya fasilitas umum kita
terlantar dan rusak membuktikan hal itu, paling tidak di negeri
kita.


Tembok Yerusalem sudah dibangun, namun rumah-rumah dan fasilitas umum
di kota tersebut masih jauh dari memadai. Padahal tanpa penduduk
yang tinggal dan bekerja di kota tersebut, maka kota itu akan
menjadi kota mati. Tugas berat menantikan Nehemia. Akan tetapi, ia
tidak bekerja sendirian. Nehemia mengklaim bahwa Allah telah
berinisiatif menaruhkan ide dalam dirinya untuk mendata
calon-calon penduduk (5a), yaitu mereka yang sebenarnya merupakan
kelompok orang yang pulang dari pembuangan Babel sekitar delapan
puluh tahun yang lampau, di bawah kepemimpinan Zerubabel (Ezr.
2:1-70).


Dalam menyusun daftar calon penduduk itu, Nehemia memilah-milah mereka
dalam kelompok pemuka, penguasa, dan rakyat. Pembagian ini bukan
bertujuan diskriminatif melainkan bermaksud agar masing-masing
mereka bisa berfungsi secara tepat dan optimal dalam pemerintahan
dan masyarakat di kota Yerusalem. Strategi ini penting agar kelak
tidak terjadi kekacauan karena penempatan orang yang tidak tepat
dalam jabatan maupun fungsi kemasyarakatan. Misalnya, dalam ay.
61-65 ditemukan sejumlah keluarga yang tidak jelas asal usulnya,
walaupun mereka mengklaim diri keturunan imam. Akibatnya mereka
tidak boleh melayani sebagai imam sampai dapat dibuktikan bahwa
mereka memang keturunan imam.


Dengan bersandar penuh pada Tuhan dan mendayagunakan akal budi dan
hikmat yang Tuhan berikan, pengelolaan gereja dan pelayanan dapat
dilakukan dengan optimal. Kita perlu belajar menempatkan orang
yang sesuai pada posisi yang tepat, bukan karena koneksi ataupun
jasa.


Renungkan: Mintalah hikmat Tuhan untuk bersama-sama melayani
Dia sesuai talenta dan panggilan kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.