Jadilah saudara, bukan hakim sesamamu!

Matius 7:1-6

Tuhan Yesus tidak saja mengajar para pengikut-Nya tentang relasi
dengan Allah dan sikap terhadap harta. Ia ingin para murid-Nya
memiliki relasi yang benar dengan sesamanya.


Tuhan Yesus melarang kita menghakimi (ayat 1). Maksud Tuhan bukan
berarti kita tidak usah memedulikan kesalahan orang lain dan
membiarkan ia hidup dalam kesalahan. Ia juga tidak bermaksud
bahwa Allah melarang adanya lembaga peradilan. Maksud Tuhan,
kita tidak boleh menghakimi dengan menggunakan ukuran yang keras
dan tidak bertujuan untuk memulihkan. Ia juga melarang kita
menghakimi dengan standar ganda: ukuran yang lunak dan rendah
untuk diri sendiri, ukuran yang keras dan terlalu tinggi untuk
orang lain (ayat 3-4). Ayat 5 jelas menunjukkan bahwa kita perlu
menggunakan kapasitas penilaian kita dengan baik, asal tidak
munafik.


Tuhan Yesus juga realistis tentang keinginan baik kita dalam
membangun relasi dengan sesama. Bila tadi Ia menentang orang
yang terlalu membesarkan masalah orang akibat mengenakan standar
terlalu berat, kini Ia menentang orang yang terlalu menganggap
enteng masalah sebab menggunakan ukuran yang terlalu rendah.
Tuhan keras sekali menyebut bahwa ada orang yang bagaikan anjing
atau babi (ayat 6) keduanya menekankan kondisi najis dan bebal
yang tidak responsif kepada-Nya.


Penggunaan standar ganda sering kita jumpai masa kini, baik dalam
masyarakat luas maupun dalam kalangan gereja. Entah kita
cenderung meringankan kesalahan diri sendiri dan memberatkan
kesalahan orang lain, atau kita menilai orang dengan memandang
kedudukannya. Keduanya tidak Tuhan perkenan atau izinkan. Tuhan
Yesus ingin agar kita bertindak sebagai saudara terhadap sesama
kita, bukan menjadi hakim apalagi algojo.


Responsku:
Aku harus menjadikan sifat dan sikap Allah mengujud penuh dalam
sikapku terhadap sesamaku.

Scripture Union Indonesia © 2017.