Menikmati hidup.

Pengkhotbah 2:1-26
Minggu ke-18 sesudah Pentakosta

Pastor Henri Nouwen adalah seorang dosen di Universitas Harvard,
Amerika yang sering menjadi pembicara dalam seminar di kalangan
orang-orang terpelajar pada waktu itu, namun akhirnya ia
meninggalkan semua kegiatan itu dan mengabdikan waktu, tenaga
dan dirinya untuk melayani orang-orang yang mentalnya
terbelakang di Belanda sampai ia meninggal di sana. Pastor Henri
Nouwen memilih untuk menghambakan dirinya kepada Kristus dan
tidak menerima pujian duniawi atas prestasi akademisnya itu.


Hal yang sama juga dirasakan oleh Raja Salomo, yaitu ia menilai
semua hal yang dulu menjadi kebanggaannya telah dianggapnya
sia-sia. Raja Salomo adalah seorang raja yang kaya-raya,
terkenal, berhikmat serta telah menikmati semua keindahan dunia
ini (ayat 1-10). Akan tetapi, baginya menikmati hidup bukanlah
terletak pada harta yang berlimpah, keberhasilan mencapai
prestasi tertentu, menjadi orang terpandai di dunia melainkan
berdasarkan pada anugerah yang diberikan Tuhan untuk dapat
menikmati "pahit-manisnya" hidup ini (ayat 24-25). Sebab semua
usaha yang dilakukan manusia dengan susah-payah untuk
meningkatkan keadaan hidupnya menjadi lebih baik pada akhirnya
akan sia-sia karena ia tidak akan membawa keberhasilannya itu
setelah ia meninggal (ayat 16-17). Manusia yang berjuang untuk
menjadi lebih kaya pada akhirnya kekayaan yang dikumpulkannya
itu akan diambil oleh orang lain yang tidak layak menikmatinya
(ayat 18,21). Tuhanlah yang menentukan siapakah yang akan
menikmati hasil kerja keras orang tersebut (ayat 26).


Banyak orang yang dalam hidupnya menetapkan sasaran tertentu sebagai
syarat keberhasilannya, tetapi ketika tidak dapat meraihnya
menjadi orang yang kecewa, sedih, putus asa dan menganggap Tuhan
tidak adil. Sebaliknya, ada beberapa orang yang mampu menikmati
hidupnya meskipun ia tidak sukses. Bagaimana dengan kita?


Renungkan:
Orang yang dapat menikmati hidup ini adalah orang yang mampu
bersyukur dan menerima segala anugerah yang Tuhan berikan
kepadanya.

Scripture Union Indonesia © 2017.