Orang-orang Yehuda dari golongan menengah ke atas
mengingkari perjanjian dengan Allah (15, 18). Mereka
berhasil memperbudak kembali budak-budak yang sudah
dibebaskan. Mereka lebih berjaya dan mampu dibandingkan
dengan Firaun yang gagal membawa kembali Israel ke
tanah Mesir. Namun seperti Firaun, mereka pun akan
menerima hukuman dari Allah karena mengingkari janjinya
(17-22).
Para orang kaya Yehuda dan Firaun mempunyai jenis ketaatan
yang sama yaitu ketaatan karena ketakutan terhadap
ancaman yang tidak mampu mereka atasi. Tentara Babel
hanya menyisakan Lakhis dan Seka sebagai kota benteng
Yehuda. Kemampuan dan kekuatan mereka sendiri tidak
dapat menghalau Babel. Karena itu mereka akan mencoba
usaha-usaha lain walaupun harus menderita kerugian
materi. Pertama, mereka mengambil hati para budak
dengan cara membebaskan mereka agar mereka mau turut
serta mempertahankan Yerusalem dengan sekuat tenaga.
Kedua, mereka mengantisipasi masa depan mereka yang
akan sama-sama menjadi budak Nebukadnezar. Para budak
dapat membalas dendam kepada mereka. Ketiga, mereka
mencoba merayu Allah dengan melakukan firman-Nya (Kel.
21:1-4; Ul. 25:12) agar Allah sudi menolong mereka.
Karena itu dapat dikatakan bahwa tindakan mereka
bukanlah bentuk ketaatan kepada Allah tetapi merupakan
bentuk usaha untuk mempertahankan keamanan, kenyamanan,
dan kesenangan diri. Ini merupakan ketaatan kepada diri
sendiri. Setelah Babel mundur dari Yerusalem karena
tentara Mesir datang menolongnya, maka mereka segera
menjalankan perbudakan lagi (21 bdk. 37:6-9). Mereka
memang mempunyai kemampuan untuk itu yaitu kemampuan
ekonomi (11). Dalam situasi perang, para budak yang
dibebaskan tidak mampu mencari nafkah dengan mengolah
tanah mereka atau berternak, kecuali rela dipaksa
menjadi budak kembali untuk mempertahankan hidup.
Renungkan:
Apa yang dapat dilihat di sini? Ketidaktaatan tidak
selalu dipicu oleh godaan dari luar diri kita tapi
dapat juga dipicu oleh kelebihan yang kita miliki,
seperti kekayaan materi, kekuasaan yang didapat karena
kedudukan, kemampuan kita untuk mengantisipasi situasi
yang akan datang, dan kejelian melihat peluang. Karena
itu berhati-hatilah dengan segala kemampuan dan
kelebihan yang Anda miliki.