Perhatian Allah di waktu perang.

1Raja-raja 17:7-24
Minggu Epifania 8

Dalam suatu perang dapat
dipastikan bahwa para penguasa tidak mungkin lagi memperhatikan
dan memberikan perlindungan sepenuhnya terhadap masing-masing
individu, karena masing-masing penguasa sibuk dengan rencana dan
strateginya untuk memenangkan perang. Bahkan tidak sedikit
individu-individu tersebut justru dijadikan perisai oleh para
penguasa untuk kepentingannya sendiri. Contohnya Sadam Husein.
Ia menggunakan rakyatnya sebagai perisai untuk melindungi
kedudukannya. Namun tidak demikian dengan Allah ketika 'sedang
dalam peperangan' menghadapi Iblis.


Perpecahan antara kerajaan Yehuda - Israel dan peperangan yang
terjadi di antara kedua kerajaan tersebut hanyalah merupakan
latar belakang bagi konflik yang sesungguhnya. Yaitu peperangan
yang telah berlangsung sejak lama antara kerajaan Allah dan
kerajaan Iblis. Pasal 17-22 memfokuskan kepada peperangan
tersebut, dimana nabi Elia mewakili kerajaan Allah sedangkan
raja Ahab mewakili kerajaan Iblis. Dalam keadaan yang
sedemikian, Allah tidak terlalu sibuk atau egois dengan rencana
dan strateginya, sehingga melupakan individu-individu yang
terkena dampak dari peperangan tersebut.


Allah dengan kuasa-Nya telah menghentikan hujan selama beberapa
tahun. Kekeringan pun melanda Israel bahkan sampai Sidon.
Ketika sungai Kerit mulai kering, Allah mengirim Elia ke Sarfat.
Di sana secara mukjizat Allah memelihara dan memenuhi kebutuhan
pangan Elia melalui janda Sarfat dan anaknya. Bukan hanya Elia
yang mendapatkan berkat, janda Sarfat pun merasakan
pemeliharaan-Nya. Bahkan ketika anak laki-laki janda Sarfat itu
mati, Allah melalui Elia membangkitkannya. Ini semua
memperlihatkan bahwa di dalam "peperangan" melawan kerajaan
kegelapan itu, di dalam bencana nasional dan internasional yang
dahsyat karena penghakiman-Nya, Allah tetap memperhatikan dan
memelihara individu-individu.


Renungkan: Seberapa pun gentingnya situasi dimana Gereja
tenggelam dan seberapa sibuknya Gereja menghadapi dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi secara umum, Gereja tidak seharusnya
melupakan atau mengabaikan individu-individu yang terkena dampak
dari permasalahan atau situasi tersebut.

Perpecahan antara kerajaan Yehuda - Israel dan peperangan yang terjadi di antara kedua kerajaan tersebut hanyalah merupakan latar belakang bagi konflik yang sesungguhnya. Yaitu peperangan yang telah berlangsung sejak lama antara kerajaan Allah dan kerajaan Iblis. Pasal 17-22 memfokuskan kepada peperangan tersebut, dimana nabi Elia mewakili kerajaan Allah sedangkan raja Ahab mewakili kerajaan Iblis. Dalam keadaan yang sedemikian, Allah tidak terlalu sibuk atau egois dengan rencana dan strateginya, sehingga melupakan individu-individu yang terkena dampak dari peperangan tersebut.

Allah dengan kuasa-Nya telah menghentikan hujan selama beberapa tahun. Kekeringan pun melanda Israel bahkan sampai Sidon. Ketika sungai Kerit mulai kering, Allah mengirim Elia ke Sarfat. Di sana secara mukjizat Allah memelihara dan memenuhi kebutuhan pangan Elia melalui janda Sarfat dan anaknya. Bukan hanya Elia yang mendapatkan berkat, janda Sarfat pun merasakan pemeliharaan-Nya. Bahkan ketika anak laki-laki janda Sarfat itu mati, Allah melalui Elia membangkitkannya. Ini semua memperlihatkan bahwa di dalam \"peperangan\" melawan kerajaan kegelapan itu, di dalam bencana nasional dan internasional yang dahsyat karena penghakiman-Nya, Allah tetap memperhatikan dan memelihara individu-individu.

Renungkan: Seberapa pun gentingnya situasi dimana Gereja tenggelam dan seberapa sibuknya Gereja menghadapi dan mengatasi permasalahan yang dihadapi secara umum, Gereja tidak seharusnya melupakan atau mengabaikan individu-individu yang terkena dampak dari permasalahan atau situasi tersebut.

", "http://www.su-indonesia.org/images/santapanHarian/937-t.jpg", 520, 350)'>
Scripture Union Indonesia © 2017.