Pemimpin: Realitas dan Iman

Bilangan 13
Minggu ke-3 sesudah Paskah




Menjadi pemimpin tidak gampang karena tantangan yang akan dihadapi datang dari berbagai arah dan dimensi. Kompleksitas zaman dengan konektivitas yang tinggi dan perubahan yang makin pesat telah menjadikan peran pemimpin di semua lapisan semakin sulit diikuti. Pemimpin selalu berhadapan dengan dinamika realitas, etika (moralitas), dan iman.

Pengintaian Israel atas Kanaan merupakan perintah Tuhan. Di sini Allah menyoroti aspek kepemimpinan dengan serius. Pengutusan diberikan dengan menyoroti rute dan keperluan penyelidikan Tanah Kanaan. Para pengintai Israel menjalankan tugasnya selama 40 hari. Mereka menemukan bukti hasil bumi berupa satu tandan buah anggur beserta delima dan ara dari lembah Eskol (17-24).

Meskipun Tanah Kanaan sangat menjanjikan, namun ada persoalan dan perselisihan internal dalam diri 12 pengintai. Di satu sisi, 10 pengintai berpikir logis bahwa bangsa Kanaan sulit ditaklukkan. Mereka merasa mustahil mengalahkan orang-orang Kanaan yang jauh lebih besar dalam strategi dan kekuatan perang untuk melindungi kota mereka. Tidak heran jika 10 pengintai Israel pesimis melihat kenyataan itu. Akibatnya, sebagian besar orang Israel termakan isu negatif yang diberitakan 10 pengintai.

Di sisi lain, Kaleb dan Yosua melihat dari sisi iman. Berdasarkan pengalaman berjalan di padang gurun sampai di wilayah Kanaan, mereka melihat bahwa Allah selalu ikut berperang bersama mereka. Siapa pun lawan mereka, Allah sanggup memberikan kemenangan bagi mereka. Kaleb dan Yosua sangat optimis berkenaan dengan janji Allah.

Apa pun level kepemimpinan yang kita jalani, realitas dan iman sering kali berbenturan. Iman seorang pemimpin Kristen bukan sekadar optimisme dan percaya akan kemampuan dirinya, melainkan iman kepada Allah yang integritas-Nya dapat dipercaya dan hadir dalam diri para pemimpin pada zaman ini. Perjumpaan dengan Allah perlu kita alami sehingga iman kita kepada-Nya semakin tumbuh. [BDL]
Scripture Union Indonesia © 2017.