Injil yang Palsu

Galatia 1:6-10
Minggu ke-12 sesudah Pentakosta
Adam dan Hawa harus angkat koper dari Taman Eden lantaran termakan bujuk rayu iblis. Hal yang sama pun terjadi pada jemaat di Galatia. Mereka mudah terseret oleh muslihat iblis karena percaya pada injil palsu.

Jemaat Galatia sebenarnya telah mengenal Tuhan Yesus melalui pemberitaan Injil. Namun, seiring berjalannya waktu, fokus mereka teralih pada injil palsu. Kondisi ini membuat Paulus marah sekaligus heran mengapa jemaat Galatia lekas berbalik dari Kristus dan mengikuti injil yang lain (6).

Paulus merasa bertanggung jawab untuk menasihati mereka karena injil palsu tersebut bukanlah Injil yang sejati. Itu hanyalah tipu daya iblis untuk mengacaukan iman orang percaya. Iblis berusaha memutarbalikkan Injil Kristus yang telah bertumbuh dalam jemaat (7). Iblis selalu tidak menyukai apa yang baik. Ia akan selalu berusaha menghancurkan segala jenis kebaikan, seperti iman orang percaya. Iblis selalu mengupayakan kehancuran fondasi iman kita. Salah satu caranya adalah dengan menyebarkan injil palsu. Karena itu, Paulus dengan tegas mengutuk siapa saja yang menyebarkan injil yang berbeda dari Injil Kristus (8-9).

Paulus berusaha mempertahankan keutuhan iman jemaat di Galatia. Tetapi, mereka tidak mau berbalik. Paulus sadar bahwa ia hanya manusia biasa yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan. Paulus menyerahkan keputusan penuh kepada jemaat Galatia karena nanti merekalah yang menanggung akibat atas keputusan apa pun yang diambil (10).

Injil palsu bekerja dengan sangat halus. Ia akan berusaha memanipulasi iman orang percaya agar lari dari anugerah keselamatan Yesus Kristus. Dalam konteks Paulus, injil palsu itu adalah perkara sunat dan tidak bersunat sebagai lambang keselamatan. Jemaat Galatia dibuat percaya bahwa tradisi keagamaan adalah sarana keselamatan.

Pertanyaannya sekarang: ”Apa injil palsu yang sedang menggerogoti iman kita?”

Doa: Tuhan, ajar kami setia pada Injil Kristus dan waspada terhadap injil palsu. [JJ]
Jacub Jamco
Scripture Union Indonesia © 2017.