Belajar dari Kesalahan

Keluaran 2:11-22
Minggu ke-19 sesudah Pentakosta
Pernahkah Anda melakukan kesalahan fatal dalam hidup? Bagaimana Anda meresponsnya? Hidup dalam penyesalan tiada guna atau bangkit untuk menata ulang kehidupan ke arah yang lebih baik? Kesalahan adalah guru termahal. Dia mengajari banyak hal. Jika kita memaknainya dengan tepat, kesalahan berguna untuk memperbaiki karakter menjadi lebih rendah hati dan bijaksana.
Musa telah beranjak dewasa (11). Semasa hidupnya Musa pernah melakukan kesalahan. Pertama, dia membunuh orang Mesir yang sedang memukul orang Ibrani (11-12). Kedua, dia menganggap dirinya sebagai seorang pemimpin orang Ibrani (13-14). Bukannya mengakui kesalahan, Musa malah melarikan diri dari Firaun (15). Hal ini membuat Firaun murka, sehingga dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa (15).
Musa melakukan kesalahan fatal dan itu mengubah jalan hidupnya. Dia tidak lagi bisa menikmati kenyamanan istana. Hidangan mewah sudah tidak lagi jadi santapannya. Pendeknya, segala hak istimewanya sirna.
Allah membawa Musa menjalani hidup sebagai penggembala kambing domba. Itu pun bukan miliknya, tetapi milik imam Midian (15). Sesudah itu, dia menikahi Rehuellah Zipora, putri imam itu (21-22). Perjalanan hidup mengajari Musa tentang dirinya yang sebenarnya. Sampai akhirnya, Musa sadar bahwa dia hanya seorang pendatang yang tak punya apa-apa (22).
Kita mungkin pernah mengalami apa yang dialami Musa. Kesalahan yang kita lakukan menganggu aspek kehidupan yang lain, misalnya, relasi menjadi kacau, keuangan berantakan, atau penyakit yang tiba-tiba semakin memburuk.
Dalam situasi seperti itu, Allah tidak pernah meninggalkan kita. Dia pasti punya tujuan ketika mengizinkan itu terjadi. Mungkin Tuhan ingin meruntuhkan keangkuhan kita; melatih kerendahan hati kita; dan mengubah hidup kita menjadi lebih baik
Doa: Tuhan, buatlah mataku selalu tertuju kepada kebaikan-Mu. Kau izinkan segala kegagalan untuk mendidik aku menjadi semakin baik. [SA]
Selviana Antasia
Scripture Union Indonesia © 2017.