Buah Jatuh Dekat Pohonnya

Kejadian 34
Minggu ke-6 sesudah Pentakosta
Anak akan meniru perilaku orangtua. Ayah dan Ibu adalah figur penting selama proses pendidikan anak. Didikan yang benar akan mencetak anak yang baik. Sebaliknya, jika ajaran salah, maka anak pun akan terjerumus dalam kesalahan. Dalam hal ini, pokok masalah ada pada keteladanan orangtua.
Pada masanya Yakub hidup berdampingan dengan orang kafir. Sebagai ayah, kelihatannya, dia belum sempat mendidik keluarganya dengan baik. Urusan mengumpulkan kekayaan, tampaknya, masih menjadi prioritasnya. Akibatnya, ia lupa mendidik anak-anaknya.
Suatu ketika, Dina berjalan sendirian. Dia ingin mengunjungi temannya. Sikhem melihatnya dan terpesona. Tanpa berpikir panjang, Dina ditarik dan diperkosanya (2).
Dampaknya serius. Bukan hanya Dina yang merasa terhina, tetapi juga semua anggota keluarga. Yakub dan anak-anaknya marah karena kejadian itu (7).
Sikhem ternyata jatuh hati kepada Dina. Ia ingin menyuntingnya sebagai istri. Niat itu dinyatakannya terus terang kepada ayahnya.
Pada saat yang bersamaan, Simeon dan Lewi sedang bersiasat licik untuk membalas perbuatan Sikhem.
Awalnya, mereka pura-pura menerima pinangan Sikhem. Seolah mereka menyetujui kawin campur antarkeluarga yang berbeda. Mereka mau, tetapi dengan satu syarat: semua laki-laki di negeri itu harus disunat (15). Keluarga besar Sikhem tidak menyadari itu merupakan tipu muslihat.
Seketika mereka melakukan sunat massal. Pada saat keluarga Sikhem sedang kesakitan (25), Simeon dan Lewi menyerang. Mereka membunuh, menjarah, dan menawan perempuan serta anak-anak (27-29). Tindakan balasan Simeon dan Lewi lebih kejam daripada perbuatan Sikhem kepada Dina.
Proses pendidikan diawali dalam keluarga. Orangtua menjadi guru pertama untuk anak-anaknya. Jika sejak dini anak diajarkan nilai yang baik, kelak dia akan menghidupinya sampai dewasa. Kita tentu menginginkan anak-anak bermoral baik, bukan?
Doa: Tuhan, ajari kami menjadi teladan dalam keluarga. [SP]
Sugeng Prihadi
Scripture Union Indonesia © 2017.