Kebencian adalah Pembunuh Diri Sendiri

Ester 5:9-14
Minggu ke-17 sesudah Pentakosta
Kebencian bisa muncul kapan saja, baik saat dihina, diperlakukan tidak adil, tidak dihormati, dan lain sebagainya. Semua alasan itu dapat menjadi api yang menyulut rasa benci di hati. Jika api kebencian sudah tersulut dan tidak mampu dikelola dengan baik, maka kondisi itu akan mendorong seseorang berniat menghancurkan sesamanya. Apa pun tindakan maupun ucapan dari orang yang dibenci akan ditafsir secara negatif. Karena tidak ada hal benar sedikit pun pada diri orang tersebut, sehingga semakin lama melihatnya hati terasa semakin panas membara. Cara pungkas yang terbersit adalah meniadakan orang itu dari hadapan kita. Sikap inilah yang kemudian membuat orang terpancing untuk membunuh lawannya. Sikap Mordekhai yang cuek membuat hati Haman semakin bertambah panas. Apalagi ketika ia merasa bahwa kedekatannya dengan raja adalah kekuasaan yang tidak bisa dilawan oleh siapa pun, termasuk Mordekhai. Bahkan istri dan para sahabatnya tidak berupaya meredakan kemarahan dan kebencian Haman. Malahan mereka memanas-manasi Haman dengan mengusulkan gagasan keji untuk menyulakan Mordekhai (13-14). Api kebencian Haman agaknya mendapatkan bahan bakar yang baik untuk membunuh Mordekhai. Dalam hal ini seharusnya istrinya berusaha mendinginkan suasana agar Haman dapat membatalkan niat jahatnya. Namun, Zeresh justru ikut serta mendukung dan membenarkan tindakan suaminya. Belajar dari situasi ini, manusia hendaknya mawas diri dan introspeksi terhadap segala pikiran, hati, serta tindakan di hadapan Tuhan. Karena kebencian dapat menghancurkan banyak pihak, termasuk diri sendiri. Kebencian itu ibarat orang sedang minum racun. Kalau kita memelihara kebencian, sudah dipastikan bahwa setiap tindakan dalam hidup kita tidak diarahkan untuk membangun kehidupan bersama, sebaliknya merancang kejahatan bagi orang yang dibenci. Inilah racun kehidupan yang dapat menghancurkan diri sendiri.
Tri R. Wahono
Scripture Union Indonesia © 2017.