Hidup Harus Punya Tujuan

Ibrani 2:5-9
Minggu ke-8 sesudah Pentakosta
Banyak orang saat ditanya tentang orientasi hidupnya, dengan bangganya ia menjawab, ???kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.??? Namun, apakah semudah itu apabila kita tidak pernah serius mencari tujuan sejati dalam hidup ini. Berawal dari kutipan Mazmur 8:4-6, di mana mazmur ini berisi nyanyian kemuliaan bagi manusia yang diciptakan hampir mirip Allah, dan yang telah diberi oleh Allah kuasa atas segala yang ada di bumi ini, selanjutnya penulis Surat Ibrani mengatakan bahwa keadaan yang kita hadapi saat ini berbeda sekali. Manusia diharapkan Allah menguasai, dalam pengertian memelihara dan menjaga alam, namun kenyataannya tidaklah demikian. Sejak kejatuhan dalam dosa, manusia adalah mahkluk yang rentan terhadap stres karena keadaan, ditaklukkan oleh berbagai godaan, dan dibelenggu oleh kelemahan sendiri. Manusia yang semestinya bebas, malahan terikat; yang semestinya menjadi raja, malah menjadi budak belian. Manusia tidak menjadi seperti yang Allah inginkan dan harapkan. Dalam keadaan inilah Kristus datang. Dia bersedia menderita dan mati demi manusia berdosa. Kematian Kristus memberi jalan bagi manusia untuk kembali pada potret dan rancangan Allah semula. Dia mati supaya manusia lepas dari hukuman kekal dan maut tidak berkuasa lagi atas kita. Kematian-Nya meredakan murka Allah dan saat yang sama mengadakan rekonsiliasi antara Allah dan manusia. Betapa pentingnya sebuah kesadaran tentang tujuan dan arti hidup yang sejati. Setiap orang yang telah mengalami kuasa kematian dan kebangkitan Kristus, hendaknya mengarahkan hati dan pikirannya kepada tujuan awal Allah menciptakan manusia, yaitu: Pertama, menjadi mitra Allah dalam dunia ini dengan cara mengelola, merawat, dan memberdayakan alam. Kedua, bersekutu dengan Penciptanya dan hidup menurut aturan serta ketetapan-Nya. Hanya dengan cara inilah hidup kita bermakna, baik bagi diri sendiri maupun sesama. Hal inilah yang menyukakan hati Allah.
Agus Yusak
Scripture Union Indonesia © 2017.